Rabu, 22 September 2021

Resensi Buku Novel Filsafat

 Resensi Buku Novel Filsafat


Judul Buku   : Dunia Sophie, Sebuah Novel Filsafat

Pengarang     : Jostein Gaarder

Penerbit        : Mizan Pustaka

Tahun terbit  : 2004

Disusun oleh : Theresia Heti

 

 

            Jika kita mendengar kata “ Filsafat “, maka yang pertama kali terlontar dalam benak kita adalah serangkaian kata-kata yang sukar dicerna karena membicarakan permasalahan yang terlalu jauh dari bumi alias mengawang-awang. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa bila bicara tentang filsafat, semakin kita dibuat bingung maka semakin berhasil kita mempelajari filsafat ??? Benarkah demikian ?

          Ternyata, pernyataan tersebut tidak selalu benar, terbukti dalam buku Dunia Sophie ini, dunia filsafat dibuat dalam bentuk novel dengan kata-kata yang cukup mudah dipahami. Menarik sekali penyampaian novel ini karena filsafat yang terkesan sulit dan jauh dari bumi menjadi sesuatu yang bermakna dan mudah dicerna. Buku ini berusaha menyajikan pertanyaan-pertanyaan filosofis yang bermanfaat bagi semua orang karena pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat mendasar tentang makna dan tujuan hidup.

          Tokoh utama dalam buku ini adalah Sophie Amundsend seorang pelajar sekolah menengah berusia empat belas tahun. Ia tinggak bersama dengan ibunya, sedangkan ayahnya seorang nakhoda kapal tanker dan selalu bepergian sepanjang tahun. Perjumpaan Sophie dengan filsafat diawali ketika Ia pulang sekolah, Ia menemukan sebuah surat misterius yang hanya berisi satu pertanyaan, “ Siapa kamu? “. Selanjutnya, hampir setiap hari Sophie mendapat surat misterius yang mempertanyakan pertanyaan-pertanyaan mendasar. Dari situlah Sophie mengajak pembaca untuk mempelajari sejarah filsafat dan memasuki dunia filsafat.

          Sophie berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya dengan dibantu oleh surat yang misterius pula. Surat-surat tersebut mengajak Sophie untuk berfikir dan melakukan refleksi untuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Selanjutnya, Sophie mengajak pembaca untuk menyelami dunia filsafat melalui perenungannya, dimulai dari sejarah keberadaan dunia, mitos-mitos yang menggambarkan cerita mengenai dewa-dewa yang menjelaskan mengapa kehidupan berjalan seperti adanya. Lalu Sophie dikenalkan dengan para filosof alam, yaitu mereka yang menaruh perhatian pada alam dan proses-prosesnya. Filosof alam yang besar pada jamannya adalah Democritus (kira-kira 460 – 370 SM). Democritus berasal dari kota kecil Abdera di Pantai Utara Aegea. Democritus yang menemukan Teori Atom, Dia percaya bahwa alam terdiri atas atom-atom yang jumlahnya tak terhingga dan beraneka ragam.

          Sophie diajak berkenalan dengan orang-orang Yunani kuno yang percaya bahwa mereka dapat bertanya pada peramal mengenai nasib atau takdir mereka. Orang Yunani juga percaya bahwa sejarah dunia pun diatur oleh takdir, bahkan penyakit dapat dianggap sebagai akibat campur tangan Ilahi. Di zaman ini lahirlah pendiri ilmu pengobatan Yunani, yaitu Hippocrates. Ia mengatakan pelindung paling penting untuk melawan penyakit adalah sikap tidak berlebihan dan cara hidup yang sehat, ” Jiwa yang sehat didalam badan yang sehat ”. Hippocrates juga memperkenalkan ”Etika Medis”, yaitu seorang dokter harus mempraktekkan  ilmu pengobatan sesuai dengan aturan-aturan etika tertentu.

          Selanjutnya, Sophie berkenalan dengan tiga orang filsuf terkenal yang pemikirannya mempengaruhi peradaban Eropa. Mereka tiga generasi guru – murid, yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles. Socrates adalah filosof besar pertama yang dilahirkan di Athena. Socrates tidak pernah menuliskan pemikirannya, Ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di alun-alun dan pasar untuk berbicara dengan orang-orang yang ditemuinya disana. Hakikat dari seni Socrates adalah ” Berdiskusi”, Ia tidak ingin menggurui orang lain. Sebaliknya Ia memberi kesan sebagai seseorang yang selalu ingin belajar dari orang lain. Ia hanya mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memulai percakapan, seakan-akan Ia tidak tahu apa-apa. Dalam diskusi itu, Dia biasanya berhasil membuat para penentangnya mengakui kelemahan argumen-argumen mereka dan karena tersudut akhirnya menyadari apa yang benar dan apa yang salah. Socrates dihukum mati dengan meminum racun cemara, ketika Ia mengatakan bahwa Ia selalu menyimpan ”Suara Ilahi” dalam dirinya. Ia didakwa telah meracuni kaum muda dengan memperkenalkan dewa-dewa baru serta tidak mempercayai dewa-dewa Yunani Kuno. Perenungan Sophie terhadap ajaran Socrates mengenai Suara Ilahi dilihat dari refleksi surat misterius yang diterimanya, yaitu ” Dapatkah kamu menjalani kehidupan yang bahagia jika kamu terus melakukan hal-hal yang jauh di lubuk hati kamu tahu salah? Banyak sekali orang berbohong dan menjelek-jelekkan orang lain. Apakah mereka sadar bahwa semua itu tidak benar atau tidak adil? Apakah kamu pikir orang-orang itu bahagia?” Menurut Soctares tidak.

          Pemikiran Plato (murid Socrates) tentang gagasan ”Negara Ideal”, yaitu suatu negara bayangan dan ideal atau yang dinamakan Utopis. Plato percaya negara hendaknya diperintah oleh para filosop. Plato mendasarkan penjelasanya pada susunan tubuh manusia. Menurut Plato, tubuh manusia terdiri dari tiga bagian : kepala, dada, dan perut. Akal terletak di kepala, kehendak di dada, dan nafsu terletak di perut.  Masing-masing bagian ini memiliki keinginan. Akal mencita-citakan kebijaksanaan, kehendak mencita-citakan keberanian, dan nafsu harus dikekang agar kesopanan dapat ditegakkan. Jika negara dibangun seperti susuna tubuh manusia, maka negara mempunyai pemimpin, pembantu, dan pekerja. Plato menulis kitab Hukum, yang menggambarkan negara konstitusional sebagai negara ideal kedua setelah negara filosofis. Plato pula filosop pertama yang mendukung sekolah anak-anak diorganisasi oleh negara dan pendidikan full time.

          Filosof Yunani terbesar yang terakhir adalah Aristoteles. Ia murid dari Plato dan dilahirkan di Macedonia dan belajar di akademi Plato ketika Plato berusia 61 tahun. Aristoteles adalah seorang organisator ulung yang mendirikan ilmu Logika.  Dia menunjukkan sejumlah hukum yang mengatur kesimpulan-kesimpulan atau bukti-bukti yang sah. Contohnya adalah : ”Semua makhluk hidup akan mati” (premis pertama), dan kemudia ”Hermes adalah makhluk hidup” (premis kedua), maka dapat disimpulkan bahwa ” Hermes akan mati”. Aristoteles mengemukakan tiga konstitusi yang baik, yaitu monarki atau kerajaan yang berarti hanya ada satu kepala negara, aristokrasi dimana ada sekelompok besar atau kecil pemimpin, dan terakhir adalah policy yang berarti demokrasi.

          Selanjutnya, Sophie diajak untuk menjelajahi dunai filsafat sejak zaman Aristoteles menjelang akhir abad keempat SM hingga awal abad pertengahan sekitar 400 M. Periode ini dikenal sebagai Helenisme yang mengacu pada periode atau kebudayaan yang didominasi Yunani ditiga kerajaan Yunani yaitu Macedonia, Syria, dan Mesir. Diperiode inilah lahir seorang Penyelamat Dunia yaitu Yesus Kristus dari Nazaret. Yesus adalah seorang Yahudi dan bangsa Yahudi termasuk kebudayaan Semit, sedangkan bangsa Yunani dan Romawi merupakan kebudayaan Indo-Eropa yang dipengaruhi oleh kepercayaan mereka pada dewa-dewa yang banyak jumlahnya (Politeisme).

          Kita selanjutnya diajak ke abad pertengahan yang berarti periode antara dua zaman yang berbeda, dimana abad pertengahan sebagai periode seribu tahun pertumbuhan. Sistem sekolah dikembangkan pada abad pertengahan (didirikannya sekolah biara, sekolah katedral, tahun 1200 universitas pertama didirikan, subjek-subjek yang diajarkan dikelompokkan ke dalam berbagai fakultas). Di abad pertengahan ini pula mulai terjadi keretakan pada kebudayaan penyatu agam Kristen. Filsafat dan ilmu pengetahuan semakin menjauh dari teologi gereja.

          Setelah abad pertengahan, lahir zaman Renaisans yang berarti kelahiran kembali. Yang dilahirkan kembali adalah kesenian dan kebudayaan Yunani Kuno. Renaisans jauh lebih dikenal karena tekanannya pada individualisme, kita bukan hanya umat manusia, kita adalah individu-individu yang unik. Gagasan ini mendorong lahirnya pada pemujaan yang tak terkendali pada kecerdasan pikiran. Maka yang ideal, manusia renaisans adalah manusia dengan kecerdasan universal yang mencakup seluruh aspek kehidupan, kesenian, dan ilmu pengetahuan.

          Perjalanan Sophie menjelajahi dunia filsafat masih panjang, Ia akan mengajak kita melewati Zaman Barok (...seperti dalam mimpi...), pemikiran filsof Descartes, Spinoza, Hume, Locke, Berkeley, dan Bjerkely sebelum menginjak zaman pencerahan. Zaman pencerahan menjadi dasar bagi suatu masyarakat yang lebih baik. Orang-orang beranggapan bahwa kemiskinan dan penindasan merupakan akibat dari kebodohan dan takhayul. Karena itu, di zaman pencerahan perhatian besar dipusatkan pada pendidikan anak-anak dan rakyat. Sekolah dibuka sejak abad pertengahan, pedagogi sejak zaman pencerahan. Pada zaman ini, lahir filosof terkenal dari Jerman yiatu Imanuel Kant yang mengemukanan hukum kausalitas (manusia menerima segala sesuatu yang terjadi sebagai masalah sebab dan akibat).

          Selanjutnya adalah Romantisisme yaitu masa kebudayaan besar terakhir di Eropa. Masa Romantisisme ditandai dengan lahirnya puisi, filsafat, seni, ilmu pengetahuan, dan musik. Kerinduan akan sesuatu yang jauh dan tak terjangkau menjadi ciri khas kaum romantisisme. Mereka merindukan masa-masa yang telah lama lewat, filsof romantisisme yang terkenal adalah Hegel. Pada abad terakhir diperkenalkan pemikiran Karl Marx yang mengusung kediktatoran kaum proletar (kaum proletar menekan kaum borjuis dengan paksa). Marxisme mendorong timbulnya pemberontakan-pemberontakan besar. Disamping itu juga dibicarakan pemikiran Darwin yang membuktikan bahwa manusia merupakan hasil dari suatu evolusi biologis yang berlangsung lambat. Sedangkan Freud membicarakan bawah sadar mengungkapkan tindakan-tindakan manusia sering merupakan akibat dari desakan dan instink hawaniah.

          Akhir perjalanan, Sophie mengajak kita menelaan keberadaan bumi diantara palnet-planet dalam gugusan bimasakti. Juga dibicarakan pemikiran ahli astronomi yang beranggapan ” Akan ada dentuman besar lain dan alam raya akan mulai mengembang lagi. Sebab hukum alam yang sama tetap bekerja. Dan kemudian bintang-bintang dan galaksi-galaksi baru akan terbentu”. Terdapat dua skenario menurut anggapan ahli astronomi mengenai masa depan alam raya. Alam raya mungkin terus mengembang selamanya sehingga galaksi-galaksi akan semakin terbawa menjauh – atau alam raya akan mulai menkerut lagi. Tapi, mengenai waktunya kapan, para astronomi belum dapat memastikannya.

Kamis, 09 Juli 2020

Hasil Konferensi Sekolah Katolik Indonesia 2020 - Univ. Sanata Dharma Jogyakarta

Konferensi Sekolah Katolik Indonesia 2020

10 – 12 Januari 2020 Univ. Sanata Dharma Jogyakarta

 

Jumat, 10 Januari 2020

1.     Pembukaan oleh Mgr. Robertus Rubyatmoko

 

2.     Diskusi tentang Identitias dan Jati diri sekolah katolik dan Visi Pendidikan Indonesia

 

Pembicara 1 :

Iwan Syahril Ph.D (mewakili Mendikbud yang tidak bias hadir)

Konsep kurikulum Indonesia Maju

Sejalan dengan visi yang dikemukakan Pak Jokowi th 2045 Indonesia akan menjadi Negara maju. kunci untuk mencapai visi tersebut dibutuhkan Percaya diri dan optimisme dari seluruh rakyat Indonesia. Syarat untuk mencapai visi tersebut diperlukan:

-        kerja keras, kerja cepat, dan kerja produktif.

-        Inovasi menjadi budaya:

·       Membutuhkan ruang untuk mencoba

·       Ada resiko gagal namun mencoba kembali

·       Mencoba dengan cara yang berbeda

-        Merdeka belajar artinya adalah unit pendidikan yaitu sekolah, guru-guru dan muridnya punya kebebasan. Kebebasan untuk berinovasi, kebebasan untuk belajar dengan mandiri dan kreatif. Merdeka belajar membutuhkan budaya inovasi

·       Budaya dan membudayakan

·       Orientasi pada siswa

·       Pergeseran dari konten pada kemampuan bernalar, karakter, dan soft skills

·       Memberi ruang pada guru untuk bebas mempersiapkan pembelajaran tanpa dibebani adminitrasi yang menumpuk

·       keleluasaan bagi sekolah untuk menentukan kelulusan.

-        Kepala sekolah sebagai penggerak sekolah berbudaya inovasi

-        Regulator yang mengontrol berpindah menjadi pelayan

 

 

 

Pembicara 2

Mgr. Robertus Rubyatmoko

Identitas dan jati diri sekolah Katolik

-        Sekolah Katolik harus dikelola dan dikembangkan dalam kasih mewartakan injil dan kesejahteraan masyarakat.

-        Sekolah Katolik akan memiliki ke-khasandan keunggulan manakala berani ambil resiko melawan arus dengan memberi perhatian pada pendidikan iman, kepribadian, karakter, da kompetensi.  Melalui model pendidikan ini maka akan lahir pribadi-pribadi yang inklusif, inovatif, dan transformative.

 

Pembicara 3:

Drs J. Eka Priyatna, M.Sc. Ph.D (Rektor Sanata Dharma)

Membangun keunggulan sekolah Katolik Indonesia untuk Bangsa Bermartabat

-        Pendidikan bukan hanya peristiwa budaya tapi juga peristiwa politik, karena terkait dengan arah pembangunan bangsa yaitu agenda politik yang telah ada.

-        Persoalan sekolah bukan hanya teknik mengajar saja tapi perkara membangun peradaban bangsa. Tantangan peradaban saat ini di tengah arus perubahan yang cepat di berbagai bidang serta kemajuan teknologi informasi, sekolah perlu:

a.     mendefinisikan ulang apa yang menjadi keunggulan dan ke-khasan sekolah hingga relevan dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan bangsa.

b.     Kepemimpinan yang memiliki kemampuan analisis, kecakapan mengelola perubahan, pengembangan kreativitas dan inovasi, serta nilai-nilai katolik yang tanggap zaman.

c.     Bersinergi dan berkolaborasi secara aktif dengan sekolah-sekolah lain.

-        Tantangan pokok dalam pendidikan adalah menjadikan pendidikan mampu mendorong untuk mandiri berfikir dan rasional (untuk guru dan siswa sendiri). Karena selama ini guru dan murid ibarat kereta api yang sudah terbelenggu berjalan di jalurnya lalu diubah menjadi mobil yang harus mencari arah dan jalan sendiri.

-        Prasyarat membangun keunggulan sekolah:

a.     Kepemimpinan yang strategic

b.     Tata kelola yang TARIF : Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi, dan Fairness

c.     Kerjasama dan aliansi strategic

d.     Keterbukaan dan kesediaan berubah

 

 

 

Sessi 2 :

Pembicara 1

RP. Gandhi Hartono, SJ

Spiritualitas Sekolah Katolik

 

-        Kualitas sekolah sangat penting dalam membantu perkembangan kehidupan peserta didik. Untuk itu diperlukan keunggulan guru, kepemimpinan sekolah, dan tata kelola yang berubah secara kreatif, inovatif, dan formatif.

-        Tata kelola sekolah katolik membutuhkan spiritualitas yang mampu bergerak untuk berbenah agar berbuah. Spiritualitas tersebut berasal dari Sang Guru Agung kita yaitu Yesus. Gerak spirit Yesus kepada para murid ditemukan dengan dalam:

a.     Merasakan (menyadari situasi kondisi batin)

b.     Menalar (menemukan alas an masalah yang dirasakan)

c.     Melakukan (menemukan nilai dan melakukan dalam tindakan konkret)

-        Spiritualitas ini harus meresap dalam hidup para pelaku pendidikan hingga menjadi system nilai yang menentukan kualitas dan karakter peserta didik.

 

Pembicara 2:

Dr. Darmin Mbula, OFM

Persoalan dan Peluang Sekolah Katolik dalam Mencerdaskan Kehidupan Bangsa

-        Konsep mencerdaskan kehidupan bangsa tidak pernah diselesaikan karena setiap ganti menteri akan ganti kebijakan pula.

-        Tata kelola sekolah harus memiliki keberpihakan kepada kaum miskin

-        Tantangan praktis sekolah-sekolah katolik adalah:

o   Pola manajemen sekolah

o   Nilai-nilai yang ditawarkan yang menjadi keunggulan: rekrutmen, pendampingan, dan perhatian pada kesejahteraan para guru dan karyawan, sarana prasarana, menghadapi arus fanatisme dan eksklusivisme, menyesuaikan diri dengan kebijakan pemerintah yang berubah-ubah

-        Sekolah katolik memiliki peluang agar tetap eksis dan terus berkembang, yaitu:

a.     Menampilkan keseimbangan keunggulan akademik dan non akademik

b.     Sekolah sebagai komunitas kasih dengan penanaman nilai jadi budaya sekolah

c.     Memperkuat ikatan kerjasama dan saling belajar dnegan sekolah lain

d.     Memaksimalkan ruang dialog dengan bebagai pihak, alumni, orangtua,dll

 

Pembicara 3:

Dr. Yohanes Harsono

Kajian sekolah kanisius

-        Pak Yohanes Harsono melakukan penelitian di sekolah-sekolah kanisius di keuskupan agung Semarang yang mengalami dinamika yang fluktuatif dalam penurunan jumlah siswanya.

-        Analisa menunjukan bahwa setiap tahun jumlah siswa sekolah-sekolah kanisius bekurang lebih dari 1.100 siswa.

-        Factor yang mempengaruhinya adalah kepemimpinan, partisipasi masyarakat, dan pekembangan demografi

-        Rekomendasi untuk sekolah Kanisius adalah mengembangan pendidikan dari prasekolah.

 

Sessi 3:

Pembicara 1:

Prof Anita Lie

Kurikulum dan pembelajaran

-        Kompetensi guru di Lembaga pendidikan katolik sebagai perancang pembelajaran, pengembang materi ajar dan pengelola proses pembelajaran serta karakter guru sebagai model manusia pembelajar.

-        Program perampingan RPP dan penghapusan UN

—> peluang bagi guru yang kompeten untuk melakukan inovasi  

       pembelajaran

—> ancaman bagi guru yang sudah terbiasa dan tersandera oleh RPP cetakan 

       dan UN.

-        Lembaga Pendidikan Katolik  seyogyanya memanfaatkan jendela peluang ini untuk menanamkan dan menyebarluaskan nilai spiritualitas gereja dan pancasila

-        Perencanaan pembelajaran menggunakan metode:

a.     Problem-Based Learning : siswa dihadapkan pada permasalahan untuk belajar.

b.     Project-Based Learning : siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam suatu periode pembelajaran dengan menyelidiki dan merespon suatu pertanyaan, masalah atau tantangan yang otentik, kompleks, dan bermakna.

c.     Cooperative Learning

d.     Hybrid Learning (pemerataan akses dan Digital Literacy)

-        Aktor utama kurikulum adalah guru dan siswa

 

 

 

 

 

 

 

Pembicara 2:

T. Sarkim, Ph.D

Pengembangan kompetensi guru

-        Pengembangan kompetensi guru bukan sekedar aktivitas teknis operasional, namun harus didasari oleh paradigma serta keyakinan akan makna dan proses pendidikan yang ingin diwujudkan

-        Paradigma dan keyakinan itu diwujudkan dalam  strategi, metode, materi, dan proses pengembangan kompetensi guru yang diterapkan secara sistematik

-        Keyakinan-kayakinan dasar yang perlu dimiliki guru adalah bahwa mengajar bukan transfer pengetahuan namun mengajar adalah memfasilitasi agar siswa bias belajar, teknologi yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk memudahkan tugas mengajar

 

Pembicara 3:

RD. Rafael Tanod Ph.D

Konsep Inovasi Tata Kelola Sekolah Katolik

-        Kongregasi Suci untuk Pendidikan Katolik telah menegaskan bahwa dalam proses pendidikan di sekolah  Katolik tidak ada pemisahan antara waktu belajar dan waktu membentuk karakter, antara mendapatkan pengetahuan dan bertumbuh dalam kebijaksanaan (Sekolah Katolik Memasuki Milenium ke Tiga, 1997). Semuanya berjalan seiring dan terpadu.

-    

       Termasuk di dalamnya semua kegiatan pendidikan di sekolah yang tidak terbatas pada 



    kegiatan di dalam kelas tapi di segenap ruang, tempat dan waktu di sekolah, pun 



    juga di rumah dan di tengah masyarakat. 

        -    


       Termasuk di dalamnya semua kegiatan pendidikan di sekolah yang tidak terbatas pada 


    

    kegiatan di dalam kelas tapi di segenap ruang, tempat dan waktu di sekolah, pun juga 




    di umah dan di tengah masyarakat. 



-  Pendidikan yang terlepas-lepas antara di dalam kelas dan di luar kelas, antara menekankan aspek akademik di luar pembinaan mental spiritual,  justru menyebabkan pendidikan tidak utuh (fragmented).

-        konsep keterpaduan (integrasi) inilah yang semestinya menjadi prinsip dasar dalam pengembangan pendidikan Katolik yang unggul dalam konteks memajukan kehidupan bangsa Indonesia yang bermartabat

-        Hakekat pendidikan Katolik adalah pendidikan integral (Integral Formation), maka seyogyanya tata kelola sekolah juga bersifat terpadu dan menyeluruh. Kiranya kerangka dasar pendidikan integral yang ditawarkan di sini menjadi bagian dari inovasi tata kelola sekolah Katolik Indonesia

 

 Perlu dicermati lagi :

1.     Merdeka belajar tidak hanya diartikan sebagai suatu kebebasan untuk berinovasi, kebebasan untuk belajar dengan mandiri dan kreatif namun kebebasan yang perlu dilandasi dengan tanggung jawab. Apa yang guru atau sekolah lakukan harus bias dipertanggungjawabkan untuk kebaikan siswa. Guru harus merdeka dari rasa malas mempersiapkan cara-cara baru dalam pembelajaran. Guru harus berani membuat terobosan dalam metode pembelajaran dan penilaian hasil belajar, jika ingin mencari cara-cara baru maka harus berfikir tanpa box dalam pikiran kita (bukan out of the box lagi, tapi berfikir tanpa adanya box).

2.     Teknologi hanya sebagai alat untuk pembelajaran, guru-lah aktor utama penentu arah pembelajaran di sekolah. Guru harus melek teknologi dengan membuat sendiri pembelajaran yang menggunakan teknologi, jangan puas sebagai peng-download saja tapi sebagai peng-upload metode pembelajaran.

3.     Peran kepala sekolah sebagai penggerak sekolah yang berbudaya inovasi harus tercermin dari program-program atau kegiatan sekolah yang mengandung unsur inovasi. Kita tidak bias mengharapkan siswa dan guru melakukan inovasi dalam pembelajaran jika kepala sekolahnya tidak melakukan hal serupa dalam pembuatan program kegiatan sekolah.

4.     Guru sebagai penggerak dalam pembelajaran harus memahami visi pribadinya dahulu, mengenal karakter dirinya terlebih dahulu baru bisa melakukan merdeka belajar. Dengan mengetahui visi pribadi maka guru dapat mengetahui visi siswa dalam belajar.

5.     Tugas utama guru adalah mendengarkan, mereka yang didengar akan bergerak dengan sendirinya. Seperti yang dinasehati oleh santa Angela, kenalilah anak-anakmu dengan seksama maka kita akan dapat menemukan bakat dalam diri siswa, dengarkan kebutuhan mereka, ajak mereka berdiskusi, hargai setiap pendapat dan kreativitas mereka

6.     Guru perlu menciptakan ruang kreativitas siswa dengan memberi kesempatan kepada mereka untuk memilah, memilih, dan mengambil keputusan.

7.     Fokus pengembangan guru yang perlu di era ini adalah litarsi membaca dan literasi digital.

8.     Membuat RPP dengan menggunakan peta konsep atau mind mapping

9.     Pergeseran pembelajaran dari konten ke assessment  bermakna, memiliki implikasi guru harus kreatif membuat assessment yang memiliki kebermaknaan dalam hidup siswa (tidak bersifat hafalan namun analisis dan praktis), jadi tiak bisa lagi copy paste dari buku atau soal-soal di internet.

10. Kesimpulan umum :

a.     Sanata Dharma mampu menjadi tuan rumah konferensi yang baik dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi (pendaftaran, absensi, hasil seminar, kelompok sidang, evaluasi) semua menggunakan IT.

c.   Materi seminar walau masih banyak yang sebatas teori tapi sudah ada yang menyentuh esensial untuk saat ini yaitu kemauan untuk berkolaborasi antar sekolah-sekolah katolik untuk saling berkomunikasi dan bekerjasama yaitu akan dibuat portal untuk guru dan sekolah-sekolah katolik se Indonesia.

d.     Yang paling sulit untuk dilakukan adalah merubah mind set guru untuk berubah agar merdeka belajar dapat terlaksana. Dibutuhkan kemauan dan keterbukaan guru dalam melakukannya.













Kamis, 11 Juni 2020

Hasil Seminar Online tentang Arah Pendidikan Indonesia 21 Mei 2020

Seminar Online tentang Arah Pendidikan Indonesia

21 Mei 2020

 

Can our schools of today  lead the learning of tomorrow?

Pembicara : Iwan Syahril

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud RI

 

1.     Pendidikan di era 4.0

-          Teknologi baru membawa tantang baru dan kebutuhan belajar yang berbeda juga.

-          Adanya pergeseran dari just in case learning menjadi just in time learning.

 Yang relevan saat ini adalah just in time learning karena teknologi berubah

 sangat cepatnya sehingga sebagian keterampilan yang dipelajari pada masa sekolah sudah kadaluarsa pada saat masa lulus sekolah.

-          Terpenting adalah alasan mengapa kita belajar sesuatu dan pembelajaran harus bersifat personalisasi, inquiry based, atau problem based. Dalam hal ini guru berperan sebagai mentor

 

2.     Profil Pelajar Pancasila:

a.     Berakhlak mulia

b.     Kreatif

c.     Gotong royong

d.     Berkebhinekaan global

e.     Bernalar kritis

f.      Mandiri

 

3.     Arah Pendidikan Indonesia Pendidikan Berkualitas Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

-        Seluruh pemangku kepentingan pendidikan (termasuk siswa) menjadi agen perubahan.

-        Angka partisipasi tinggi, hasil pembelajaran yang berkualitas, distribusi yang merata

-        Strategi-strategi utama:

1)      Pembenahan infrastruktur dan teknologi

2)      Kebijakan, prosedur dan pendanaan

3)      Transformasi kepemimpinan pendidikan

4)      Komunitas pendidikan yang berdaya

5)      Transformasi kurikulum, pedagogi, dan asesmen

 

4.     Sekolah penggerak sebagai katalis Mentransformasi sekolah-sekolah di sekitarnya dan menjadi pusat pelatihan guru

a.   Arah Kurikulum Sederhana, fleksibel, berorientasi pada kompetensi

-        Penyederhanaan standar capaian
 Standar capaian yang mudah dimengerti guru dan fokus pada kompetensi yang paling bermakna (rangkaian kompetensi utuh, sesuai tahap perkembangan anak dan kompetensi ilmu)

-        Fleksibelitas dan penyederhanaan materi ajar
 Contoh: buku teks (buku maupun modul terpisah yang dapat diunduh), lesson plan (RPP), dll.

-        Fleksibelitas alokasi waktu mata pelajaran
 Sekolah dapat menyesuaikan dengan kondisi sekolah dan kebutuhan siswa  Contoh: Sekolah bisa memilih untuk fokus ke 1-2 mata pelajaran di satu minggu (agar lebih mendalami)

 

b.   Arah Asesmen Kemampuan bernalar, holistik, dan mengacu pada standar global

-        Asesmen Kompetensi Minimum (AKM): mengukur kinerja sekolah berdasarkan literasi dan numerasi siswa.

-        Survei Karakter: mengukur tumbuh kembang siswa secara holistik; mengacu pada Profil Pelajar Pancasila, misalnya: penghargaan akan perbedaan, keterampilan kolaborasi, minat dan kepedulian pada isu-isu sosial, disposisi dan kebiasaan belajar secara mandiri.

-        Survei Lingkungan Belajar: mengukur kualitas iklim kelas dan sekolah yang mendukung kegiatan belajar; lingkungan sekolah harus bebas dari hal-hal yang mengancam keamanan psikologis yang menjadi prasyarat utama proses belajar siswa.

 

5.     Pasca Pandemi Covid-19?

-          Sikap mental “nyaman dengan ketidaknyamanan” mendukung percepatan terwujudnya budaya inovasi

-          Beragam konteks tantangan yang dihadapi memaksa pendidik untuk berpikir ulang pendekatan dalam pembelajaran mendukung percepatan terwujudnya pembelajaran yang berpusat kepada murid (personalisasi, diferensiasi, teach at the right level)

-          Menurunnya kecemasan terhadap teknologi perlunya percepatan pembangunan platform pendidikan nasional berbasis teknologi

 

 

 

 

 

Kebangkitan Kasmaran Belajar

Pembicara : Prof Iwan Pranoto

1.   Dampak Wabah Covid-19 bagi pendidikan di Indonesia:

a)     Sekolah ditutup, pengajaran konvensional di sekolah terhenti

b)    Siswa harus belajar di rumah tanpa guru

c)     Hanya sebagian kecil guru dan siswa di perkotaan dapat melanjutkan interaksi belajar-mengajar melalui daring atau luring

d)    Kegiatan belajar sebagian besar siswa (dari keluarga termarjinalkan dan di pelosok) mandek

 

2.     Kebijakan Infrastruktur

a)     Sekolah, guru, apalagi pelajar banyak yang tak memiliki akses ke komputer/gawai

b)    Terlampau sedikit rumah dan bahkan balai desa yang dilengkapi broadband

c)     Infrastruktur Internet di daerah terpencil lalai dipersiapkan

d)    Bahan ajar secara visual dan nirguru belum serius digarap

 

3. Kebijakan Belajar

a)     Kecakapan belajar, kasmaran belajar kurang disemai

b)    Keaktifan mengendalikan proses belajar-mengajar tak diperhatikan

c)     Siswa belum mampu atau bahkan belum pernah mengalami belajar mandiri

d)    Siswa berinisiatif belajar belum menjadi norma

e)     Buku dan bahan ajar belum didesain untuk model swaajar

f)      Banyak guru yang belum pernah memanfaatkan pembelajaran jarak jauh sebelum wabah

 

4. Kasmaran Belajar

a)     Saat kasmaran, manusia mengalami kebahagiaan puncak.

b)    Konsentrasi penuh dan tenggelam dalam sebuah kegiatan belajar serta mencipta.

c)     Diri melebur menjadi satu dengan ruang dan waktu, tanpa disadari. Egois, tetapi egonya luruh. Ini saat manusia tak ambil pusing dengan segala paradoks.

 

5.   Peluang Merevolusi Pendidikan

a)     Kasmaran belajar menjadi dasar utama pendidikan

b)    Belajar kapan serta di mana saja, dan diri sendiri menjadi guru utama

c)     Fokus pada belajar bermakna dan kenikmatan

d)    Mengganti Kerahasiaan dan Kecurigaan dengan Keterbukaan dan Kepercayaan

e)     Pendidikan di semua negara sedang merevolusi pendidikan pada garis awal yang sama

 

6.   Paradoks Pendidikan Saat Ini

a)     Kesempatan bertemu secara badani telah hilang, tetapi interaksi guru dengan pelajar semakin personal serta intens

b)    Interaksi nyata telah hilang, tetapi guru semakin dapat mengamati keaktifan tiap pelajar

c)     Prinsip kerahasiaan dan batasan waktu dalam assessment sudah tak relevan, tetapi sekarang justru semua harus mengutamakan prinsip kepercayaan dan kebaikan

d)    Sekolah dan pengajaran telah tiada, tetapi kasmaran belajar justru berpeluang besar bersemai

 

7.   Membangkitkan Kasmaran Belajar Sekarang

a)     Bahan ajar (modul) yang tak banyak membutuhkan teknologi

b)    Ringan, tak memakan banyak bandwith

c)     Tak membutuhkan guru secara intensif

d)    Bernalar mendalam

 

 

GURU BERMUTU INDONESIA MAJU

Pembicara : Dr. Johanes Eka Priyatma

1.     Belajar dari Pandemi Covid-19

a)     Pembelajaran daring menuntut berbagai penyesuaian mulai dari asas paradigmatik, manajerial, sampai teknikal

b)    Belajar dari rumah memberi kesempatan yang memaksa semua pihak mencoba dan menghidupi model pendidikan masa depan

c)     Relasi/interaksi fisik (temumuka) sangat bernilai dan tidak mudah digantikan

d)    Pendidikan ideal mestinya berlangsung dalam ruang sibernetik (cyber + physical space)

e)     Pembelajaran daring  bisa menjadi lebih otentik dan fleksibel serta kaya media dan sumber ajarnya

f)      Guru dan orang tua bisa jadi lebih tidak siap dibanding siswa dalam pembelajaran daring ini

 

2.     Dunia Masa Depan

a)     Teknologi selalu menjadi pemicu perubahan masyarakat

b)    Perubahan teknologi berlangsung dengan kecepatan eksponensial

c)     Perubahan cepat menjadi ciri utama dunia masa depan

d)    Lahir dunia VUCA (Volatile, Uncertain, Complex, Ambiguous)

e)     Bagaimana generasi muda didampingi memasuki dunia VUCA ?

 

3.     Guru : Perspektif Teori Jejaring Aktor (Actor-Network Theory)

a)     Kinerja guru merupakan resultante dari jejaring kompleks yang melibatkan baik entitas bendawi maupun manusiawi

b)    Pengembangan kinerjanya melalui pendekatan proses produksi kurang tepat

c)    Perlu pendekatan sosiologis holistic yang melibatkan aktor-aktor kunci

d)    Kinerja guru ditentukan oleh reformasi pendidikan yang melibatkan Pemerintah, sekolah, guru, dan masyarakat

 

4.     Reformasi Pendidikan Demi Guru Bermutu

 

Paradigmatik

Manajerial

Teknikal

Pemerintah

•Memandang

sekolah swasta

 sebagai mitra

Pemerintah •Pendidikan yang

memerdekakan •Pengembangan Filsafat Pend. Ind

Desentralisasi standar, sistem pelaporan digital, kurikulum fleksibel, dan administrasi pendidikan yang sederhana tetapi otentik

 

Fasilitasi penyediaan infrastruktur dasar seperti lahan, gedung, laboratorium dan telekomunikasi

 

Sekolah

•Fokus pada

 pengetahuan dasar

 •Merumuskan keunggulan/ kekhasan

•Penyederhanaan kurikulum

•Tata kelola yang

 fleksibel

•Melibatkan masyarakat

Memiliki system

administrasi digital yang memudahkan guru, siswa dan

orangtua

Guru

•Ing ngarso sung

tulodo, ing madyo mbangun karso, tut wuri handayani

 •Pengajar Sutradara+

Fasilitator

 

Kompetensi pedagogis/ pembelajaran di era

modern yang

memiliki berlimpah

sumber belajar

Kompetensi komunikasi audio

visual memakai

teknologi digital

Masyarakat

Tidak mungkin lahir

sekolah yang maju dari masyarakat

yang tidak maju dan

sebaliknya

Ikut bertanggung-

jawab (terlibat)

terhadap mutu

sekolah

Merdeka belajar

 

Kompetensi (Baru) Guru Idaman:

a)     Trampil berkomunikasi digital khususnya yang berbasis internet

b)    Setia dengan paradigma pedagogi tertentu khususnya Student Centered Learning

c)     Mampu membantu perkembangan karakter murid memakai ‘ajaran’ tertentu, 7 habits

Usulan yang bisa dilakukan untuk tahun ajaran 2020 - 2021

 

Sekolah :

1.     Siswa masuk sekolah secara bergantian (bergilir) agar terjadi physical distancing.

2.     Ruang kelas, ruang computer, perpustakaan, selasar, dan aula dibuat denah dan berjarak agar tidak ada kontak fisik antar siswa dan guru.

3.     Pengajaran dapat dilakukan dalam ruang sibernetik (cyber + physical space) yaitu melalui online dan tugas dari guru (bagi siswa yang mendapat giliran belajar di rumah) dan tatap muka langsung di kelas bagi yang bersekolah.

4.     Membuat tata kelola yang fleksibel yaitu menggunakan media online untuk mengurus administrasi sekolah dan keuangan.

5.     Memperbarui sistem administrasi digital (sistem informasi sekolah yang telah kita miliki) yang memungkinkan interaksi antara guru, siswa dan orangtua lebih aktif.

6.     Alokasi waktu mata pelajaran yang fleksibel yaitu bisa memilih 1-2 mata pelajaran dalam satu minggu agar lebih mendalami

7.     Assessment Kompetensi Minimum (AKM) yang bisa mengukur kinerja sekolah berdasarkan literasi dan numerasi siswa.

8.     Membuat survei karakter untuk mengukur tumbuh kembang siswa secara holistik; mengacu pada Profil Pelajar Pancasila, misalnya: penghargaan akan perbedaan, keterampilan kolaborasi, minat dan kepedulian pada isu-isu sosial, disposisi dan kebiasaan belajar secara mandiri.

 

 

 

Guru :

1.       Mengali pengetahuan kembali tentang pembelajaran di era modern yang memiliki berlimpah sumber belajar

2.       Aktif belajar sendiri mencari berbagai sumber pembelajaran secara online agar kompetensi komunikasi audio visual memakai teknologi digital semakin dikuasai

3.       Trampil berkomunikasi digital khususnya yang berbasis internet

4.       Penyederhanaan kurikulum, materi ajar dan RPP yang berorientasi pada kompetensi yang bermakna bagi siswa. Fokus pada pengetahuan dasar siswa, contohnya untuk SD hanya membaca, menulis, dan berhitung.

5.       Menyusun RPP harus berpatokan pada paradigma Student Centered Learning.

6.       Menyusun pembelajaran online dan offline dari berbagai sumber dan media ajar.

7.       Melakukan pembelajaran online dengan memaksimalkan interaksi guru dengan pelajar agar semakin personal serta intens. Guru semakin dapat mengamati keaktifan tiap pelajar.

8.       Membuat assessment siswa dengan menggunakan berbagai macam media online dengan memperhatikan kompetensi dan tujuan yang diharapkan.

 

9.       Guru-guru yang melek IT mendampingi guru lain (melalui online atau offline) yang belum bisa sehingga ketercapaian penggunaan dan pengoperasian platform pembelajaran dapat dijalankan.

10.   Guru membuat peta pengajaran yang rinci dan akurat tentang sebaran materi yang akan dilaksanakan/ dibahas selama pandemi Covid-19. Serta meminta para guru antar mata pelajaran untuk dapat berkolaborasi dan bekerjasama.

11.   Untuk pembelajaran yang dilakukan melalui online, pembelajaran dibuat dengan:

-          Bahan ajar (modul) yang tak banyak membutuhkan teknologi

-          Ringan, tak memakan banyak bandwith

-          Tak membutuhkan guru secara intensif

-          Soal-soal bernalar mendalam

-          Memanfaatkan media zoom, google form, quizzi, dll

9.       Memasukan pendidikan nilai dan profil pelajar Pancasila kedalam rencana pembelajaran yaitu:

a)     Berakhlak mulia

b)    Kreatif

c)     Gotong royong

d)    Berkebhinekaan global

e)     Bernalar kritis

f)      Mandiri