Resensi Buku Novel Filsafat
Judul Buku : Dunia Sophie, Sebuah Novel Filsafat
Pengarang : Jostein Gaarder
Penerbit : Mizan Pustaka
Tahun terbit : 2004
Disusun oleh : Theresia Heti
Jika
kita mendengar kata “ Filsafat “, maka yang pertama kali terlontar dalam benak
kita adalah serangkaian kata-kata yang sukar dicerna karena membicarakan
permasalahan yang terlalu jauh dari bumi alias mengawang-awang. Bahkan, ada
yang mengatakan bahwa bila bicara tentang filsafat, semakin kita dibuat bingung
maka semakin berhasil kita mempelajari filsafat ??? Benarkah demikian ?
Ternyata, pernyataan tersebut tidak
selalu benar, terbukti dalam buku Dunia Sophie ini, dunia filsafat dibuat dalam
bentuk novel dengan kata-kata yang cukup mudah dipahami. Menarik sekali
penyampaian novel ini karena filsafat yang terkesan sulit dan jauh dari bumi
menjadi sesuatu yang bermakna dan mudah dicerna. Buku ini berusaha menyajikan
pertanyaan-pertanyaan filosofis yang bermanfaat bagi semua orang karena
pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat mendasar tentang makna dan tujuan hidup.
Tokoh utama dalam buku ini adalah
Sophie Amundsend seorang pelajar sekolah menengah berusia empat belas tahun. Ia
tinggak bersama dengan ibunya, sedangkan ayahnya seorang nakhoda kapal tanker
dan selalu bepergian sepanjang tahun. Perjumpaan Sophie dengan filsafat diawali
ketika Ia pulang sekolah, Ia menemukan sebuah surat misterius yang hanya berisi
satu pertanyaan, “ Siapa kamu? “. Selanjutnya, hampir setiap hari Sophie
mendapat surat misterius yang mempertanyakan pertanyaan-pertanyaan mendasar.
Dari situlah Sophie mengajak pembaca untuk mempelajari sejarah filsafat dan
memasuki dunia filsafat.
Sophie berusaha untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya dengan dibantu oleh surat yang
misterius pula. Surat-surat tersebut mengajak Sophie untuk berfikir dan
melakukan refleksi untuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Selanjutnya, Sophie mengajak pembaca untuk menyelami dunia filsafat melalui
perenungannya, dimulai dari sejarah keberadaan dunia, mitos-mitos yang
menggambarkan cerita mengenai dewa-dewa yang menjelaskan mengapa kehidupan
berjalan seperti adanya. Lalu Sophie dikenalkan dengan para filosof alam, yaitu
mereka yang menaruh perhatian pada alam dan proses-prosesnya. Filosof alam yang
besar pada jamannya adalah Democritus (kira-kira 460 – 370 SM). Democritus
berasal dari kota kecil Abdera di Pantai Utara Aegea. Democritus yang menemukan
Teori Atom, Dia percaya bahwa alam terdiri atas atom-atom yang jumlahnya tak
terhingga dan beraneka ragam.
Sophie diajak berkenalan dengan orang-orang
Yunani kuno yang percaya bahwa mereka dapat bertanya pada peramal mengenai
nasib atau takdir mereka. Orang Yunani juga percaya bahwa sejarah dunia pun
diatur oleh takdir, bahkan penyakit dapat dianggap sebagai akibat campur tangan
Ilahi. Di zaman ini lahirlah pendiri ilmu pengobatan Yunani, yaitu Hippocrates.
Ia mengatakan pelindung paling penting untuk melawan penyakit adalah sikap
tidak berlebihan dan cara hidup yang sehat, ” Jiwa yang sehat didalam badan
yang sehat ”. Hippocrates juga memperkenalkan ”Etika Medis”, yaitu seorang
dokter harus mempraktekkan ilmu
pengobatan sesuai dengan aturan-aturan etika tertentu.
Selanjutnya, Sophie berkenalan dengan
tiga orang filsuf terkenal yang pemikirannya mempengaruhi peradaban Eropa.
Mereka tiga generasi guru – murid, yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles.
Socrates adalah filosof besar pertama yang dilahirkan di Athena. Socrates tidak
pernah menuliskan pemikirannya, Ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di
alun-alun dan pasar untuk berbicara dengan orang-orang yang ditemuinya disana.
Hakikat dari seni Socrates adalah ” Berdiskusi”, Ia tidak ingin menggurui orang
lain. Sebaliknya Ia memberi kesan sebagai seseorang yang selalu ingin belajar
dari orang lain. Ia hanya mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memulai
percakapan, seakan-akan Ia tidak tahu apa-apa. Dalam diskusi itu, Dia biasanya
berhasil membuat para penentangnya mengakui kelemahan argumen-argumen mereka
dan karena tersudut akhirnya menyadari apa yang benar dan apa yang salah.
Socrates dihukum mati dengan meminum racun cemara, ketika Ia mengatakan bahwa
Ia selalu menyimpan ”Suara Ilahi” dalam dirinya. Ia didakwa telah meracuni kaum
muda dengan memperkenalkan dewa-dewa baru serta tidak mempercayai dewa-dewa Yunani
Kuno. Perenungan Sophie terhadap ajaran Socrates mengenai Suara Ilahi dilihat
dari refleksi surat misterius yang diterimanya, yaitu ” Dapatkah kamu menjalani
kehidupan yang bahagia jika kamu terus melakukan hal-hal yang jauh di lubuk
hati kamu tahu salah? Banyak sekali orang berbohong dan menjelek-jelekkan orang
lain. Apakah mereka sadar bahwa semua itu tidak benar atau tidak adil? Apakah
kamu pikir orang-orang itu bahagia?” Menurut Soctares tidak.
Pemikiran Plato (murid Socrates)
tentang gagasan ”Negara Ideal”, yaitu suatu negara bayangan dan ideal atau yang
dinamakan Utopis. Plato percaya negara hendaknya diperintah oleh para filosop.
Plato mendasarkan penjelasanya pada susunan tubuh manusia. Menurut Plato, tubuh
manusia terdiri dari tiga bagian : kepala, dada, dan perut. Akal terletak di
kepala, kehendak di dada, dan nafsu terletak di perut. Masing-masing bagian ini memiliki keinginan.
Akal mencita-citakan kebijaksanaan, kehendak mencita-citakan keberanian, dan nafsu
harus dikekang agar kesopanan dapat ditegakkan. Jika negara dibangun seperti
susuna tubuh manusia, maka negara mempunyai pemimpin, pembantu, dan pekerja.
Plato menulis kitab Hukum, yang menggambarkan negara konstitusional sebagai
negara ideal kedua setelah negara filosofis. Plato pula filosop pertama yang
mendukung sekolah anak-anak diorganisasi oleh negara dan pendidikan full time.
Filosof Yunani terbesar yang terakhir
adalah Aristoteles. Ia murid dari Plato dan dilahirkan di Macedonia dan belajar
di akademi Plato ketika Plato berusia 61 tahun. Aristoteles adalah seorang
organisator ulung yang mendirikan ilmu Logika.
Dia menunjukkan sejumlah hukum yang mengatur kesimpulan-kesimpulan atau
bukti-bukti yang sah. Contohnya adalah : ”Semua makhluk hidup akan mati”
(premis pertama), dan kemudia ”Hermes adalah makhluk hidup” (premis kedua),
maka dapat disimpulkan bahwa ” Hermes akan mati”. Aristoteles mengemukakan tiga
konstitusi yang baik, yaitu monarki atau kerajaan yang berarti hanya ada satu
kepala negara, aristokrasi dimana ada sekelompok besar atau kecil pemimpin, dan
terakhir adalah policy yang berarti demokrasi.
Selanjutnya, Sophie diajak untuk
menjelajahi dunai filsafat sejak zaman Aristoteles menjelang akhir abad keempat
SM hingga awal abad pertengahan sekitar 400 M. Periode ini dikenal sebagai
Helenisme yang mengacu pada periode atau kebudayaan yang didominasi Yunani
ditiga kerajaan Yunani yaitu Macedonia, Syria, dan Mesir. Diperiode inilah
lahir seorang Penyelamat Dunia yaitu Yesus Kristus dari Nazaret. Yesus adalah
seorang Yahudi dan bangsa Yahudi termasuk kebudayaan Semit, sedangkan bangsa
Yunani dan Romawi merupakan kebudayaan Indo-Eropa yang dipengaruhi oleh
kepercayaan mereka pada dewa-dewa yang banyak jumlahnya (Politeisme).
Kita selanjutnya diajak ke abad
pertengahan yang berarti periode antara dua zaman yang berbeda, dimana abad
pertengahan sebagai periode seribu tahun pertumbuhan. Sistem sekolah
dikembangkan pada abad pertengahan (didirikannya sekolah biara, sekolah
katedral, tahun 1200 universitas pertama didirikan, subjek-subjek yang
diajarkan dikelompokkan ke dalam berbagai fakultas). Di abad
pertengahan ini pula mulai terjadi keretakan pada kebudayaan penyatu agam
Kristen. Filsafat dan ilmu pengetahuan semakin menjauh dari teologi gereja.
Setelah abad pertengahan, lahir zaman
Renaisans yang berarti kelahiran kembali. Yang dilahirkan kembali adalah
kesenian dan kebudayaan Yunani Kuno. Renaisans jauh lebih dikenal karena
tekanannya pada individualisme, kita bukan hanya umat manusia, kita adalah
individu-individu yang unik. Gagasan ini mendorong lahirnya pada
pemujaan yang tak terkendali pada kecerdasan pikiran. Maka yang ideal, manusia
renaisans adalah manusia dengan kecerdasan universal yang mencakup seluruh
aspek kehidupan, kesenian, dan ilmu pengetahuan.
Perjalanan Sophie menjelajahi dunia
filsafat masih panjang, Ia akan mengajak kita melewati Zaman Barok (...seperti
dalam mimpi...), pemikiran filsof Descartes, Spinoza, Hume, Locke, Berkeley,
dan Bjerkely sebelum menginjak zaman pencerahan. Zaman pencerahan menjadi dasar
bagi suatu masyarakat yang lebih baik. Orang-orang beranggapan bahwa kemiskinan
dan penindasan merupakan akibat dari kebodohan dan takhayul. Karena itu, di
zaman pencerahan perhatian besar dipusatkan pada pendidikan anak-anak dan
rakyat. Sekolah dibuka sejak abad pertengahan, pedagogi sejak zaman pencerahan.
Pada zaman ini, lahir filosof terkenal dari Jerman yiatu Imanuel Kant yang
mengemukanan hukum kausalitas (manusia menerima segala sesuatu yang terjadi
sebagai masalah sebab dan akibat).
Selanjutnya adalah Romantisisme yaitu
masa kebudayaan besar terakhir di Eropa. Masa Romantisisme ditandai dengan
lahirnya puisi, filsafat, seni, ilmu pengetahuan, dan musik. Kerinduan akan
sesuatu yang jauh dan tak terjangkau menjadi ciri khas kaum romantisisme.
Mereka merindukan masa-masa yang telah lama lewat, filsof romantisisme yang
terkenal adalah Hegel. Pada abad terakhir diperkenalkan pemikiran Karl Marx
yang mengusung kediktatoran kaum proletar (kaum proletar menekan kaum borjuis
dengan paksa). Marxisme mendorong timbulnya pemberontakan-pemberontakan besar.
Disamping itu juga dibicarakan pemikiran Darwin yang membuktikan bahwa manusia
merupakan hasil dari suatu evolusi biologis yang berlangsung lambat. Sedangkan
Freud membicarakan bawah sadar mengungkapkan tindakan-tindakan manusia sering
merupakan akibat dari desakan dan instink hawaniah.
Akhir perjalanan, Sophie mengajak kita
menelaan keberadaan bumi diantara palnet-planet dalam gugusan bimasakti. Juga
dibicarakan pemikiran ahli astronomi yang beranggapan ” Akan ada dentuman besar
lain dan alam raya akan mulai mengembang lagi. Sebab hukum alam yang sama tetap
bekerja. Dan kemudian bintang-bintang dan galaksi-galaksi baru akan terbentu”.
Terdapat dua skenario menurut anggapan ahli astronomi mengenai masa depan alam raya.
Alam raya mungkin terus mengembang selamanya sehingga galaksi-galaksi akan
semakin terbawa menjauh – atau alam raya akan mulai menkerut lagi. Tapi,
mengenai waktunya kapan, para astronomi belum dapat memastikannya.