Konferensi
Sekolah Katolik Indonesia 2020
10
– 12 Januari 2020 Univ. Sanata Dharma Jogyakarta
Jumat, 10 Januari 2020
1.
Pembukaan oleh Mgr. Robertus Rubyatmoko
2.
Diskusi tentang Identitias dan Jati diri
sekolah katolik dan Visi Pendidikan Indonesia
Pembicara
1 :
Iwan
Syahril Ph.D (mewakili Mendikbud yang tidak bias hadir)
Konsep
kurikulum Indonesia Maju
Sejalan
dengan visi yang dikemukakan Pak Jokowi th 2045 Indonesia akan menjadi Negara
maju. kunci untuk mencapai visi tersebut dibutuhkan Percaya diri dan optimisme
dari seluruh rakyat Indonesia. Syarat untuk mencapai visi tersebut diperlukan:
-
kerja keras, kerja cepat, dan kerja
produktif.
-
Inovasi menjadi budaya:
· Membutuhkan
ruang untuk mencoba
· Ada
resiko gagal namun mencoba kembali
· Mencoba
dengan cara yang berbeda
-
Merdeka belajar artinya adalah unit pendidikan yaitu sekolah, guru-guru dan muridnya
punya kebebasan. Kebebasan untuk berinovasi, kebebasan untuk belajar dengan
mandiri dan kreatif. Merdeka belajar membutuhkan budaya inovasi
· Budaya
dan membudayakan
· Orientasi
pada siswa
· Pergeseran
dari konten pada kemampuan bernalar, karakter, dan soft skills
· Memberi
ruang pada guru untuk bebas mempersiapkan pembelajaran tanpa dibebani
adminitrasi yang menumpuk
· keleluasaan bagi sekolah untuk menentukan kelulusan.
-
Kepala
sekolah sebagai penggerak sekolah berbudaya inovasi
-
Regulator yang mengontrol berpindah
menjadi pelayan
Pembicara
2
Mgr.
Robertus Rubyatmoko
Identitas
dan jati diri sekolah Katolik
-
Sekolah Katolik harus dikelola dan
dikembangkan dalam kasih mewartakan injil dan kesejahteraan masyarakat.
-
Sekolah Katolik akan memiliki
ke-khasandan keunggulan manakala berani ambil resiko melawan arus dengan
memberi perhatian pada pendidikan iman, kepribadian, karakter, da
kompetensi. Melalui model pendidikan ini
maka akan lahir pribadi-pribadi yang inklusif, inovatif, dan transformative.
Pembicara
3:
Drs
J. Eka Priyatna, M.Sc. Ph.D (Rektor Sanata Dharma)
Membangun
keunggulan sekolah Katolik Indonesia untuk Bangsa Bermartabat
-
Pendidikan bukan hanya peristiwa budaya
tapi juga peristiwa politik, karena terkait dengan arah pembangunan bangsa
yaitu agenda politik yang telah ada.
-
Persoalan sekolah bukan hanya teknik
mengajar saja tapi perkara membangun peradaban bangsa. Tantangan peradaban saat
ini di tengah arus perubahan yang cepat di berbagai bidang serta kemajuan
teknologi informasi, sekolah perlu:
a. mendefinisikan
ulang apa yang menjadi keunggulan dan ke-khasan sekolah hingga relevan dengan
kebutuhan masyarakat dan pembangunan bangsa.
b. Kepemimpinan
yang memiliki kemampuan analisis, kecakapan mengelola perubahan, pengembangan
kreativitas dan inovasi, serta nilai-nilai katolik yang tanggap zaman.
c. Bersinergi
dan berkolaborasi secara aktif dengan sekolah-sekolah lain.
-
Tantangan pokok dalam pendidikan adalah
menjadikan pendidikan mampu mendorong untuk mandiri berfikir dan rasional
(untuk guru dan siswa sendiri). Karena selama ini guru dan murid ibarat kereta
api yang sudah terbelenggu berjalan di jalurnya lalu diubah menjadi mobil yang
harus mencari arah dan jalan sendiri.
-
Prasyarat membangun keunggulan sekolah:
a. Kepemimpinan
yang strategic
b. Tata
kelola yang TARIF : Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi,
dan Fairness
c. Kerjasama
dan aliansi strategic
d. Keterbukaan
dan kesediaan berubah
Sessi
2 :
Pembicara
1
RP.
Gandhi Hartono, SJ
Spiritualitas
Sekolah Katolik
-
Kualitas
sekolah sangat penting dalam membantu perkembangan kehidupan peserta didik.
Untuk itu diperlukan keunggulan guru, kepemimpinan sekolah, dan tata kelola
yang berubah secara kreatif, inovatif, dan formatif.
-
Tata
kelola sekolah katolik membutuhkan spiritualitas yang mampu bergerak untuk
berbenah agar berbuah. Spiritualitas tersebut berasal dari Sang Guru Agung kita
yaitu Yesus. Gerak spirit Yesus kepada para murid ditemukan dengan dalam:
a.
Merasakan
(menyadari situasi kondisi batin)
b.
Menalar
(menemukan alas an masalah yang dirasakan)
c.
Melakukan
(menemukan nilai dan melakukan dalam tindakan konkret)
-
Spiritualitas
ini harus meresap dalam hidup para pelaku pendidikan hingga menjadi system
nilai yang menentukan kualitas dan karakter peserta didik.
Pembicara
2:
Dr.
Darmin Mbula, OFM
Persoalan
dan Peluang Sekolah Katolik dalam Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
-
Konsep
mencerdaskan kehidupan bangsa tidak pernah diselesaikan karena setiap ganti
menteri akan ganti kebijakan pula.
-
Tata
kelola sekolah harus memiliki keberpihakan kepada kaum miskin
-
Tantangan
praktis sekolah-sekolah katolik adalah:
o
Pola
manajemen sekolah
o
Nilai-nilai
yang ditawarkan yang menjadi keunggulan: rekrutmen, pendampingan, dan perhatian
pada kesejahteraan para guru dan karyawan, sarana prasarana, menghadapi arus
fanatisme dan eksklusivisme, menyesuaikan diri dengan kebijakan pemerintah yang
berubah-ubah
-
Sekolah
katolik memiliki peluang agar tetap eksis dan terus berkembang, yaitu:
a.
Menampilkan
keseimbangan keunggulan akademik dan non akademik
b.
Sekolah
sebagai komunitas kasih dengan penanaman nilai jadi budaya sekolah
c.
Memperkuat
ikatan kerjasama dan saling belajar dnegan sekolah lain
d.
Memaksimalkan
ruang dialog dengan bebagai pihak, alumni, orangtua,dll
Pembicara
3:
Dr.
Yohanes Harsono
Kajian
sekolah kanisius
-
Pak
Yohanes Harsono melakukan penelitian di sekolah-sekolah kanisius di keuskupan
agung Semarang yang mengalami dinamika yang fluktuatif dalam penurunan jumlah
siswanya.
-
Analisa
menunjukan bahwa setiap tahun jumlah siswa sekolah-sekolah kanisius bekurang
lebih dari 1.100 siswa.
-
Factor
yang mempengaruhinya adalah kepemimpinan, partisipasi masyarakat, dan
pekembangan demografi
-
Rekomendasi
untuk sekolah Kanisius adalah mengembangan pendidikan dari prasekolah.
Sessi
3:
Pembicara
1:
Prof
Anita Lie
Kurikulum
dan pembelajaran
-
Kompetensi
guru di Lembaga pendidikan katolik sebagai perancang pembelajaran, pengembang
materi ajar dan pengelola proses pembelajaran serta karakter guru sebagai model
manusia pembelajar.
-
Program
perampingan RPP dan penghapusan UN
—> peluang
bagi guru yang kompeten untuk melakukan inovasi
pembelajaran
—> ancaman
bagi guru yang sudah terbiasa dan tersandera oleh RPP cetakan
dan UN.
-
Lembaga
Pendidikan Katolik seyogyanya
memanfaatkan jendela peluang ini untuk menanamkan dan menyebarluaskan nilai
spiritualitas gereja dan pancasila
-
Perencanaan
pembelajaran menggunakan metode:
a.
Problem-Based
Learning : siswa dihadapkan pada permasalahan untuk belajar.
b.
Project-Based
Learning : siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam suatu periode
pembelajaran dengan menyelidiki dan merespon suatu pertanyaan, masalah atau
tantangan yang otentik, kompleks, dan bermakna.
c.
Cooperative
Learning
d.
Hybrid
Learning (pemerataan akses dan Digital Literacy)
-
Aktor
utama kurikulum adalah guru dan siswa
Pembicara
2:
T.
Sarkim, Ph.D
Pengembangan
kompetensi guru
-
Pengembangan
kompetensi guru bukan sekedar aktivitas teknis operasional, namun harus
didasari oleh paradigma serta keyakinan akan makna dan proses pendidikan yang
ingin diwujudkan
-
Paradigma
dan keyakinan itu diwujudkan dalam
strategi, metode, materi, dan proses pengembangan kompetensi guru yang
diterapkan secara sistematik
-
Keyakinan-kayakinan
dasar yang perlu dimiliki guru adalah bahwa mengajar bukan transfer pengetahuan
namun mengajar adalah memfasilitasi agar siswa bias belajar, teknologi yang
tersedia dapat dimanfaatkan untuk memudahkan tugas mengajar
Pembicara
3:
RD.
Rafael Tanod Ph.D
Konsep
Inovasi Tata Kelola Sekolah Katolik
-
Kongregasi Suci untuk Pendidikan
Katolik telah menegaskan bahwa dalam proses pendidikan di sekolah Katolik
tidak ada pemisahan antara waktu belajar dan waktu membentuk karakter, antara
mendapatkan pengetahuan dan bertumbuh dalam kebijaksanaan (Sekolah Katolik
Memasuki Milenium ke Tiga, 1997). Semuanya berjalan seiring dan terpadu.
-
Termasuk di dalamnya semua kegiatan pendidikan di sekolah yang tidak terbatas pada
kegiatan di dalam kelas tapi di segenap ruang, tempat dan waktu di sekolah, pun
juga di rumah dan di tengah masyarakat.
-
Termasuk di dalamnya semua kegiatan pendidikan di sekolah yang tidak terbatas pada
kegiatan di dalam kelas tapi di segenap ruang, tempat dan waktu di sekolah, pun juga
di umah dan di tengah masyarakat.
- Pendidikan yang terlepas-lepas antara di dalam kelas dan di luar kelas, antara menekankan aspek akademik di luar pembinaan mental spiritual, justru menyebabkan pendidikan tidak utuh (fragmented).
-
konsep keterpaduan (integrasi) inilah
yang semestinya menjadi prinsip dasar dalam pengembangan pendidikan Katolik
yang unggul dalam konteks memajukan kehidupan bangsa Indonesia yang bermartabat
-
Hakekat pendidikan Katolik adalah
pendidikan integral (Integral Formation), maka seyogyanya tata kelola sekolah
juga bersifat terpadu dan menyeluruh. Kiranya kerangka dasar pendidikan
integral yang ditawarkan di sini menjadi bagian dari inovasi tata kelola
sekolah Katolik Indonesia
1.
Merdeka belajar tidak hanya diartikan sebagai suatu kebebasan
untuk berinovasi, kebebasan untuk belajar dengan mandiri dan kreatif namun
kebebasan yang perlu dilandasi dengan tanggung jawab. Apa yang guru atau
sekolah lakukan harus bias dipertanggungjawabkan untuk kebaikan siswa. Guru
harus merdeka dari rasa malas mempersiapkan cara-cara baru dalam pembelajaran.
Guru harus berani membuat terobosan dalam metode pembelajaran dan penilaian
hasil belajar, jika ingin mencari cara-cara baru maka harus berfikir tanpa box
dalam pikiran kita (bukan out of the box lagi, tapi berfikir tanpa adanya box).
2.
Teknologi
hanya sebagai alat untuk pembelajaran, guru-lah aktor utama penentu arah
pembelajaran di sekolah. Guru harus melek teknologi dengan membuat sendiri
pembelajaran yang menggunakan teknologi, jangan puas sebagai peng-download saja
tapi sebagai peng-upload metode pembelajaran.
3.
Peran
kepala sekolah sebagai penggerak sekolah yang berbudaya inovasi harus tercermin
dari program-program atau kegiatan sekolah yang mengandung unsur inovasi. Kita
tidak bias mengharapkan siswa dan guru melakukan inovasi dalam pembelajaran
jika kepala sekolahnya tidak melakukan hal serupa dalam pembuatan program
kegiatan sekolah.
4.
Guru
sebagai penggerak dalam pembelajaran harus memahami visi pribadinya dahulu,
mengenal karakter dirinya terlebih dahulu baru bisa melakukan merdeka belajar.
Dengan mengetahui visi pribadi maka guru dapat mengetahui visi siswa dalam
belajar.
5.
Tugas
utama guru adalah mendengarkan, mereka yang didengar akan bergerak dengan
sendirinya. Seperti yang dinasehati oleh santa Angela, kenalilah anak-anakmu
dengan seksama maka kita akan dapat menemukan bakat dalam diri siswa, dengarkan
kebutuhan mereka, ajak mereka berdiskusi, hargai setiap pendapat dan
kreativitas mereka
6.
Guru
perlu menciptakan ruang kreativitas siswa dengan memberi kesempatan kepada
mereka untuk memilah, memilih, dan mengambil keputusan.
7.
Fokus
pengembangan guru yang perlu di era ini adalah litarsi membaca dan literasi
digital.
8.
Membuat
RPP dengan menggunakan peta konsep atau mind mapping
9.
Pergeseran
pembelajaran dari konten ke assessment
bermakna, memiliki implikasi guru harus kreatif membuat assessment yang
memiliki kebermaknaan dalam hidup siswa (tidak bersifat hafalan namun analisis
dan praktis), jadi tiak bisa lagi copy paste dari buku atau soal-soal di
internet.
10. Kesimpulan umum
:
a. Sanata Dharma mampu menjadi tuan rumah konferensi yang baik dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi (pendaftaran, absensi, hasil seminar, kelompok sidang, evaluasi) semua menggunakan IT.
c. Materi
seminar walau masih banyak yang sebatas teori tapi sudah ada yang menyentuh
esensial untuk saat ini yaitu kemauan untuk berkolaborasi antar sekolah-sekolah
katolik untuk saling berkomunikasi dan bekerjasama yaitu akan dibuat portal
untuk guru dan sekolah-sekolah katolik se Indonesia.
d.
Yang
paling sulit untuk dilakukan adalah merubah mind set guru untuk berubah agar
merdeka belajar dapat terlaksana. Dibutuhkan kemauan dan keterbukaan guru dalam
melakukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar