Kamis, 09 Juli 2020

Hasil Konferensi Sekolah Katolik Indonesia 2020 - Univ. Sanata Dharma Jogyakarta

Konferensi Sekolah Katolik Indonesia 2020

10 – 12 Januari 2020 Univ. Sanata Dharma Jogyakarta

 

Jumat, 10 Januari 2020

1.     Pembukaan oleh Mgr. Robertus Rubyatmoko

 

2.     Diskusi tentang Identitias dan Jati diri sekolah katolik dan Visi Pendidikan Indonesia

 

Pembicara 1 :

Iwan Syahril Ph.D (mewakili Mendikbud yang tidak bias hadir)

Konsep kurikulum Indonesia Maju

Sejalan dengan visi yang dikemukakan Pak Jokowi th 2045 Indonesia akan menjadi Negara maju. kunci untuk mencapai visi tersebut dibutuhkan Percaya diri dan optimisme dari seluruh rakyat Indonesia. Syarat untuk mencapai visi tersebut diperlukan:

-        kerja keras, kerja cepat, dan kerja produktif.

-        Inovasi menjadi budaya:

·       Membutuhkan ruang untuk mencoba

·       Ada resiko gagal namun mencoba kembali

·       Mencoba dengan cara yang berbeda

-        Merdeka belajar artinya adalah unit pendidikan yaitu sekolah, guru-guru dan muridnya punya kebebasan. Kebebasan untuk berinovasi, kebebasan untuk belajar dengan mandiri dan kreatif. Merdeka belajar membutuhkan budaya inovasi

·       Budaya dan membudayakan

·       Orientasi pada siswa

·       Pergeseran dari konten pada kemampuan bernalar, karakter, dan soft skills

·       Memberi ruang pada guru untuk bebas mempersiapkan pembelajaran tanpa dibebani adminitrasi yang menumpuk

·       keleluasaan bagi sekolah untuk menentukan kelulusan.

-        Kepala sekolah sebagai penggerak sekolah berbudaya inovasi

-        Regulator yang mengontrol berpindah menjadi pelayan

 

 

 

Pembicara 2

Mgr. Robertus Rubyatmoko

Identitas dan jati diri sekolah Katolik

-        Sekolah Katolik harus dikelola dan dikembangkan dalam kasih mewartakan injil dan kesejahteraan masyarakat.

-        Sekolah Katolik akan memiliki ke-khasandan keunggulan manakala berani ambil resiko melawan arus dengan memberi perhatian pada pendidikan iman, kepribadian, karakter, da kompetensi.  Melalui model pendidikan ini maka akan lahir pribadi-pribadi yang inklusif, inovatif, dan transformative.

 

Pembicara 3:

Drs J. Eka Priyatna, M.Sc. Ph.D (Rektor Sanata Dharma)

Membangun keunggulan sekolah Katolik Indonesia untuk Bangsa Bermartabat

-        Pendidikan bukan hanya peristiwa budaya tapi juga peristiwa politik, karena terkait dengan arah pembangunan bangsa yaitu agenda politik yang telah ada.

-        Persoalan sekolah bukan hanya teknik mengajar saja tapi perkara membangun peradaban bangsa. Tantangan peradaban saat ini di tengah arus perubahan yang cepat di berbagai bidang serta kemajuan teknologi informasi, sekolah perlu:

a.     mendefinisikan ulang apa yang menjadi keunggulan dan ke-khasan sekolah hingga relevan dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan bangsa.

b.     Kepemimpinan yang memiliki kemampuan analisis, kecakapan mengelola perubahan, pengembangan kreativitas dan inovasi, serta nilai-nilai katolik yang tanggap zaman.

c.     Bersinergi dan berkolaborasi secara aktif dengan sekolah-sekolah lain.

-        Tantangan pokok dalam pendidikan adalah menjadikan pendidikan mampu mendorong untuk mandiri berfikir dan rasional (untuk guru dan siswa sendiri). Karena selama ini guru dan murid ibarat kereta api yang sudah terbelenggu berjalan di jalurnya lalu diubah menjadi mobil yang harus mencari arah dan jalan sendiri.

-        Prasyarat membangun keunggulan sekolah:

a.     Kepemimpinan yang strategic

b.     Tata kelola yang TARIF : Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi, dan Fairness

c.     Kerjasama dan aliansi strategic

d.     Keterbukaan dan kesediaan berubah

 

 

 

Sessi 2 :

Pembicara 1

RP. Gandhi Hartono, SJ

Spiritualitas Sekolah Katolik

 

-        Kualitas sekolah sangat penting dalam membantu perkembangan kehidupan peserta didik. Untuk itu diperlukan keunggulan guru, kepemimpinan sekolah, dan tata kelola yang berubah secara kreatif, inovatif, dan formatif.

-        Tata kelola sekolah katolik membutuhkan spiritualitas yang mampu bergerak untuk berbenah agar berbuah. Spiritualitas tersebut berasal dari Sang Guru Agung kita yaitu Yesus. Gerak spirit Yesus kepada para murid ditemukan dengan dalam:

a.     Merasakan (menyadari situasi kondisi batin)

b.     Menalar (menemukan alas an masalah yang dirasakan)

c.     Melakukan (menemukan nilai dan melakukan dalam tindakan konkret)

-        Spiritualitas ini harus meresap dalam hidup para pelaku pendidikan hingga menjadi system nilai yang menentukan kualitas dan karakter peserta didik.

 

Pembicara 2:

Dr. Darmin Mbula, OFM

Persoalan dan Peluang Sekolah Katolik dalam Mencerdaskan Kehidupan Bangsa

-        Konsep mencerdaskan kehidupan bangsa tidak pernah diselesaikan karena setiap ganti menteri akan ganti kebijakan pula.

-        Tata kelola sekolah harus memiliki keberpihakan kepada kaum miskin

-        Tantangan praktis sekolah-sekolah katolik adalah:

o   Pola manajemen sekolah

o   Nilai-nilai yang ditawarkan yang menjadi keunggulan: rekrutmen, pendampingan, dan perhatian pada kesejahteraan para guru dan karyawan, sarana prasarana, menghadapi arus fanatisme dan eksklusivisme, menyesuaikan diri dengan kebijakan pemerintah yang berubah-ubah

-        Sekolah katolik memiliki peluang agar tetap eksis dan terus berkembang, yaitu:

a.     Menampilkan keseimbangan keunggulan akademik dan non akademik

b.     Sekolah sebagai komunitas kasih dengan penanaman nilai jadi budaya sekolah

c.     Memperkuat ikatan kerjasama dan saling belajar dnegan sekolah lain

d.     Memaksimalkan ruang dialog dengan bebagai pihak, alumni, orangtua,dll

 

Pembicara 3:

Dr. Yohanes Harsono

Kajian sekolah kanisius

-        Pak Yohanes Harsono melakukan penelitian di sekolah-sekolah kanisius di keuskupan agung Semarang yang mengalami dinamika yang fluktuatif dalam penurunan jumlah siswanya.

-        Analisa menunjukan bahwa setiap tahun jumlah siswa sekolah-sekolah kanisius bekurang lebih dari 1.100 siswa.

-        Factor yang mempengaruhinya adalah kepemimpinan, partisipasi masyarakat, dan pekembangan demografi

-        Rekomendasi untuk sekolah Kanisius adalah mengembangan pendidikan dari prasekolah.

 

Sessi 3:

Pembicara 1:

Prof Anita Lie

Kurikulum dan pembelajaran

-        Kompetensi guru di Lembaga pendidikan katolik sebagai perancang pembelajaran, pengembang materi ajar dan pengelola proses pembelajaran serta karakter guru sebagai model manusia pembelajar.

-        Program perampingan RPP dan penghapusan UN

—> peluang bagi guru yang kompeten untuk melakukan inovasi  

       pembelajaran

—> ancaman bagi guru yang sudah terbiasa dan tersandera oleh RPP cetakan 

       dan UN.

-        Lembaga Pendidikan Katolik  seyogyanya memanfaatkan jendela peluang ini untuk menanamkan dan menyebarluaskan nilai spiritualitas gereja dan pancasila

-        Perencanaan pembelajaran menggunakan metode:

a.     Problem-Based Learning : siswa dihadapkan pada permasalahan untuk belajar.

b.     Project-Based Learning : siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam suatu periode pembelajaran dengan menyelidiki dan merespon suatu pertanyaan, masalah atau tantangan yang otentik, kompleks, dan bermakna.

c.     Cooperative Learning

d.     Hybrid Learning (pemerataan akses dan Digital Literacy)

-        Aktor utama kurikulum adalah guru dan siswa

 

 

 

 

 

 

 

Pembicara 2:

T. Sarkim, Ph.D

Pengembangan kompetensi guru

-        Pengembangan kompetensi guru bukan sekedar aktivitas teknis operasional, namun harus didasari oleh paradigma serta keyakinan akan makna dan proses pendidikan yang ingin diwujudkan

-        Paradigma dan keyakinan itu diwujudkan dalam  strategi, metode, materi, dan proses pengembangan kompetensi guru yang diterapkan secara sistematik

-        Keyakinan-kayakinan dasar yang perlu dimiliki guru adalah bahwa mengajar bukan transfer pengetahuan namun mengajar adalah memfasilitasi agar siswa bias belajar, teknologi yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk memudahkan tugas mengajar

 

Pembicara 3:

RD. Rafael Tanod Ph.D

Konsep Inovasi Tata Kelola Sekolah Katolik

-        Kongregasi Suci untuk Pendidikan Katolik telah menegaskan bahwa dalam proses pendidikan di sekolah  Katolik tidak ada pemisahan antara waktu belajar dan waktu membentuk karakter, antara mendapatkan pengetahuan dan bertumbuh dalam kebijaksanaan (Sekolah Katolik Memasuki Milenium ke Tiga, 1997). Semuanya berjalan seiring dan terpadu.

-    

       Termasuk di dalamnya semua kegiatan pendidikan di sekolah yang tidak terbatas pada 



    kegiatan di dalam kelas tapi di segenap ruang, tempat dan waktu di sekolah, pun 



    juga di rumah dan di tengah masyarakat. 

        -    


       Termasuk di dalamnya semua kegiatan pendidikan di sekolah yang tidak terbatas pada 


    

    kegiatan di dalam kelas tapi di segenap ruang, tempat dan waktu di sekolah, pun juga 




    di umah dan di tengah masyarakat. 



-  Pendidikan yang terlepas-lepas antara di dalam kelas dan di luar kelas, antara menekankan aspek akademik di luar pembinaan mental spiritual,  justru menyebabkan pendidikan tidak utuh (fragmented).

-        konsep keterpaduan (integrasi) inilah yang semestinya menjadi prinsip dasar dalam pengembangan pendidikan Katolik yang unggul dalam konteks memajukan kehidupan bangsa Indonesia yang bermartabat

-        Hakekat pendidikan Katolik adalah pendidikan integral (Integral Formation), maka seyogyanya tata kelola sekolah juga bersifat terpadu dan menyeluruh. Kiranya kerangka dasar pendidikan integral yang ditawarkan di sini menjadi bagian dari inovasi tata kelola sekolah Katolik Indonesia

 

 Perlu dicermati lagi :

1.     Merdeka belajar tidak hanya diartikan sebagai suatu kebebasan untuk berinovasi, kebebasan untuk belajar dengan mandiri dan kreatif namun kebebasan yang perlu dilandasi dengan tanggung jawab. Apa yang guru atau sekolah lakukan harus bias dipertanggungjawabkan untuk kebaikan siswa. Guru harus merdeka dari rasa malas mempersiapkan cara-cara baru dalam pembelajaran. Guru harus berani membuat terobosan dalam metode pembelajaran dan penilaian hasil belajar, jika ingin mencari cara-cara baru maka harus berfikir tanpa box dalam pikiran kita (bukan out of the box lagi, tapi berfikir tanpa adanya box).

2.     Teknologi hanya sebagai alat untuk pembelajaran, guru-lah aktor utama penentu arah pembelajaran di sekolah. Guru harus melek teknologi dengan membuat sendiri pembelajaran yang menggunakan teknologi, jangan puas sebagai peng-download saja tapi sebagai peng-upload metode pembelajaran.

3.     Peran kepala sekolah sebagai penggerak sekolah yang berbudaya inovasi harus tercermin dari program-program atau kegiatan sekolah yang mengandung unsur inovasi. Kita tidak bias mengharapkan siswa dan guru melakukan inovasi dalam pembelajaran jika kepala sekolahnya tidak melakukan hal serupa dalam pembuatan program kegiatan sekolah.

4.     Guru sebagai penggerak dalam pembelajaran harus memahami visi pribadinya dahulu, mengenal karakter dirinya terlebih dahulu baru bisa melakukan merdeka belajar. Dengan mengetahui visi pribadi maka guru dapat mengetahui visi siswa dalam belajar.

5.     Tugas utama guru adalah mendengarkan, mereka yang didengar akan bergerak dengan sendirinya. Seperti yang dinasehati oleh santa Angela, kenalilah anak-anakmu dengan seksama maka kita akan dapat menemukan bakat dalam diri siswa, dengarkan kebutuhan mereka, ajak mereka berdiskusi, hargai setiap pendapat dan kreativitas mereka

6.     Guru perlu menciptakan ruang kreativitas siswa dengan memberi kesempatan kepada mereka untuk memilah, memilih, dan mengambil keputusan.

7.     Fokus pengembangan guru yang perlu di era ini adalah litarsi membaca dan literasi digital.

8.     Membuat RPP dengan menggunakan peta konsep atau mind mapping

9.     Pergeseran pembelajaran dari konten ke assessment  bermakna, memiliki implikasi guru harus kreatif membuat assessment yang memiliki kebermaknaan dalam hidup siswa (tidak bersifat hafalan namun analisis dan praktis), jadi tiak bisa lagi copy paste dari buku atau soal-soal di internet.

10. Kesimpulan umum :

a.     Sanata Dharma mampu menjadi tuan rumah konferensi yang baik dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi (pendaftaran, absensi, hasil seminar, kelompok sidang, evaluasi) semua menggunakan IT.

c.   Materi seminar walau masih banyak yang sebatas teori tapi sudah ada yang menyentuh esensial untuk saat ini yaitu kemauan untuk berkolaborasi antar sekolah-sekolah katolik untuk saling berkomunikasi dan bekerjasama yaitu akan dibuat portal untuk guru dan sekolah-sekolah katolik se Indonesia.

d.     Yang paling sulit untuk dilakukan adalah merubah mind set guru untuk berubah agar merdeka belajar dapat terlaksana. Dibutuhkan kemauan dan keterbukaan guru dalam melakukannya.













Tidak ada komentar: