Rabu, 28 Desember 2011

Tugas Seminar Kepemimpinan MME - PPM



GAYA KEPEMIMPINAN IR. SOEKARNO

TUGAS SEMINAR KEPEMIMPINAN

                Disusun oleh  :  H E T I
             MME - 49



Sekolah Tinggi Manajemen PPM
Jakarta 2011
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia saat ini tengah mengalami krisis kepemimpinan. Indonseia masih merindukan sosok pemimpin yang memiliki wawasan kebangsaaan dalam menghadapi berbagai permasalahan yang semakin kompleks. Kita membutuhkan pemimpin yang berorientasi kepada kepentingan dan kejayaan bangsa bukan hanya untuk kepentingan pribadi /kelompok atau untuk melanggengkan kekuasaan kelompok dengan melegalkan budaya kekerasan, korupsi, kolusi dan nepotisme. Pemimpin yang kita jumpai saat ini adalah pemimpin yang permisif. Mereka mencari popularitas dengan menjual keramahan dan ketidaktegasan dalam membuat keputusan. Hal ini mengakibatkan Negara menjadi kehilangan arah karena tindakan yang diambilnya tidak jelas.
Berangkat dari keprihatinan tersebut, saya mengambil tokoh kepemimpinan Ir. Soekarno sebagai bahan paper kepemimpinan. Ir Soekarno merupakan sosok pemimpin besar yang pernah dimiliki bangsa Indonesia hingga saat ini. Beliau adalah pemimpin yang sangat tegas dan tidak mau didikte oleh siapa pun. Hanya Soekarno yang mampu mengatakan, “Go to hell with your aid”, kepada negara-negara barat yang terlalu mendikte urusan pemerintahannya.
Soekarno memiliki idealisme yang tinggi kepada negara Indonesia, Ia sangat menekankan  pentingnya persatuan, nasionalisme, kemandirian, dan anti penjajahan. Soekarno berhasil menggelorakan semangat revolusi bagi bangsanya.

1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, masalah dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.    Bagaimana gaya kepemimpinan Ir. Soekarno ?
2.    Kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dari gaya kepemimpinan Ir. Soekarno ?
3.    Adakah kesamaan dan perbedaan tokoh kepemimpinan Ir Soekarno dengan saya selaku penulis makalah ?


1.3    Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui gambaran gaya kepemimpinan Ir Soekarno semasa kepemimpinannya di masa Orde lama, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dari gaya kepemimpinan Ir. Soekarno dan untuk memenuhi tugas mata kuliah kepemimpinan. 

1.4     Metodologi Penulisan
Makalah ini disusun berdasarkan hasil studi kepustakaan dari buku-buku, artikel, majalah, internet tentang kepemimpinan dan kepemimpinan Ir. Soekarno. Metodologi makalah ini terdiri dari :
Bab 1.             Pendahuluan.
Bab 2.             Profil Tokoh.
Bab 3.             Latar Belakang Teori.
Bab 4.             Analisis Gaya Kepemimpinan.
Bab 5.             Identifikasi Kesamaan dan Perbedaan Tokoh dengan Peserta.
Bab 6.             Kesimpulan dan Lesson Learnt.




BAB II
PROFIL TOKOH


Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno merupakan presiden pertama Republik Indonesia, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak bernama Kartika.
Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Ia berhasil meraih gelar "Insinyur" pada 25 Mei 1926.
Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu.
Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.
Ir. Soekarno juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan nusantara. Soekarno juga banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia Internasional. Keprihatinannya terhadap nasib bangsa Asia-Afrika yang masih belum merdeka dan belum mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri. Hal ini yang menjadikan alasan Soekarno untuk mengambil inisiatif untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955. Beliau juga memiliki keprihatinan terhadap imperialisme, kolonialisme, ketimpangan dan kekhawatiran akan munculnya perang nuklir yang mengubah peradaban dunia. Adanya ketidakadilan dalam badan-badan dunia internasional dalam pemecahan konflik juga menjadi perhatiannya. Berkat jasanya itu, banyak negara-negara Asia Afrika yang memperoleh kemerdekaannya.
Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.
Pada tahun 1965 terjadi pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Kesehatan Ir. Soekarno terus memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya sebagai "Pahlawan Proklamasi".








BAB III
LATAR BELAKANG TEORI


III. 1  Teori Kepemimpinan
Pemimpin dan kepemimpinan merupakan dua kata yang banyak ditemukan dalam kehidupan kita, baik skala kekeluargaan, kemasyarakatan, hingga kebangsaan dan kenegaraan. Peran pemimpin dan kepemimpinan sangat diperlukan dalam setiap kerjasama atau usaha sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Seorang pemimpin bertanggung jawab terhadap keberhasilan aktivitas  yang dilakukan oleh orang yang dipimpin. Menjadi pemimpin itu bukan tanggung jawab yang mudah dan tidak semua orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan ke-pemimpinannya.
Kepemimpinan menurut George Terry (2000), adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerja dengan suka rela untuk mencapai tujuan kelompok. Sedangkan menurut Cyriel O'Donnell (2000), kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum.  Dari dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan terdiri atas usaha untuk mempengaruhi orang lain agar mau melakukan sesuatu, memperoleh konsensus atau suatu pekerjaan, mencapai tujuan yang telah ditentukan, dan memperoleh manfaat bersama. Jika dilihat pada pengertian kepemimpinan, maka hal yang saling berkaitan adalah adanya unsur penggerak, adanya peserta yang digerakkan, adanya komunikasi, adanya tujuan organisasi dan adanya manfaat yang dinikmati oleh seluruh anggota.


III. 2 Teori Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan, mengandung pengertian sebagai suatu penerapan tingkah laku dari seorang pemimpin yang memiliki kemampuan dalam memimpin. Penerapan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995). Mereka menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan. Daniel Goleman membedakan gaya kepemimpinan menjadi enam, yaitu coercive, authoritative, affiliative, democratic, pacesetting, dan coaching. Gaya kepemimpinan coercive memiliki ciri-ciri perilaku atau tindakan pemimpin yang menuntut ketaatan bawahan untuk segera mengerjakan sesuatu yang diperintahkan yang dilandasi kompetensi intelegensi emosional untuk mencapai tujuan, inisiatif, dan kontrol diri. Gaya ini cocok digunakan saat situasi krisis untuk melakukan perbaikan-perbaikan, atau pada saat terjadi masalah dikalangan karyawan. Dampak gaya ini pada iklim organisasi biasanya adalah negatif.
Gaya kepemimpinan authoritative dicirikan dengan adanya tindakan pemimpin memobilisasi anggota-anggota organisasi pada suatu visi, dengan ajakan atau imbauan yang dilandasi kompetensi intelegensi emosional penuh percaya diri, empati, dan katalis terhadap perubahan. Gaya kepemimpinan ini cocok digunakan dalam situasi yang memerlukan adanya visi atau arah baru. Dampak penerapan gaya ini terhadap iklim organisasi adalah positif.
Gaya kepemimpinan affiliative ditandai oleh tindakan pemimpin untuk menciptakan harmoni dan membangun ikatan-ikatan emosional dengan bawahannya yang dilandasi kompetensi intelegensi emosional penuh empati, membangun hubungan, dan komunikasi. Gaya jenis ini paling cocok diterapkan pada suatu organisasi yang mempunyai banyak tekanan untuk memotivasi anggota tim agar tetap bertahan dalam kondisi tersebut.. Dampak penerapannya pada iklim organisasi adalah positif.
Gaya kepemimpinan democratic dilihat dari perilaku pemimpin yang mendorong terbentuknya kesepakatan melalui partisipasi yang dilandasi kompetensi intelegensi emosional kolaborasi, kepemimpinan tim, dan komunikasi. Gaya cocok digunakan untuk mendapatkan dukungan atau untuk mendapatkan masukan dari karyawan yang dianggap penting. Dampak penerapannya pada iklim organisasi adalah bersifat positif.
Gaya kepemimpinan pacesetting dilihat dari tindakan pemimpin dalam menetapkan standar kinerja yang tinggi melalui dengan perintah dengan dilandasi oleh kompetensi penuh kesadaran, semangat untuk mencapai tujuan, dan inisiatif. Gaya jenis ini paling cocok diterapkan dalam organisasi yang menghendaki hasil kerja secara cepat. Dampak penerapannya pada iklim organisasi biasanya bersifat negatif.
Gaya kepemimpinan coaching ditandai dengan adanya perilaku pemimpin dalam membina karyawan menunju masa depan dengan mengajukan permintaan.  Gaya ini dilandasi oleh kompetensi mengembangkan orang lain, empati dan kesadaran diri. Paling cocok digunakan untuk membantu karyawan meningkatkan kinerja. Dampak penerapannya pada iklim organisasi bersifat positif.
Sedangkan gaya kepemimpinan menurut Dubrin bahwa kepemimpinan menunjukkan adanya karisma yang melibatkan hubungan antara pemimpin dan orang yang dipimpin. Dubrin menunjukkan pentingnya manajemen dengan inspirasi yang disebutnya dengan pemimpin karismatik. Dubrin menegaskan karisma adalah aspek kunci dari kepemimpinan.
Dubrin juga menggambarkan pemimpin otokratik adalah seorang pemimpin yang mengatakan kepada pengikutnya apa yang yang harus dilakukan serta menegaskan pada diri mereka sendiri. Sedangkan pemimpin yang partisipatif, menurut Dubrin akan tertarik untuk mendengar pendapat orang dan mengintegrasikan mereka ke dalam keputusan kelompok, baik secara demokratis maupun dengan cara konsensus atau berkonsultasi dengan semua anggota kelompok, kemudian memutuskan.
Dubrin mendefinisikan seorang pemimpin transformasional sebagai salah seorang yang membawa perubahan positif yang besar bagi organisasi, kelompok atau masyarakat.










BAB IV
ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN


IV. 1 Gaya Kepemimpinan Ir. Soekarno

Gaya Kepemimpinan Soekarno
Gaya yang diterapkan oleh Soekarno dalam kepemimpinannya adalah pemimpin yang demokratis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan diatas kepentingan kelompok, golongan, suku, agama, dan ras. Soekarno telah membuktikan betapa persatuan dan kesatuan dipegang teguh olehnya saat terjadi tragedi 1 Oktober 1965 dimana kekuasaan Soekarno sedikit demi sedikit dilucuti oleh Jenderal Suharto. Berdalih untuk menjaga keamanan Negara Indonesia yang sedang kacau saat itu, Jenderal Soeharto melakukan beberapa intrik dan konspirasi dengan sejumlah perwira angkatan darat untuk bersikap membangkang terhadap Soekarno yang waktu itu masih menjabat sebagai Presiden dan Panglima Tertinggi Angkatan Perang. Hal ini membuat geram sejumlah kesatuan lain yang masih loyal pada Soekarno. Salah satu diantaranya adalah Jenderal Marinir Hartono yang langsung menghadap Bung Karno dan meminta izin agar pasukannya diperbolehkan memukul habis kekuatan Jenderal Suharto. Beberapa Batalyon juga menyatakan kesediaannya untuk membantu seperti Kodam Brawijaya dan beberapa kesatuan dari AURI dan Kepolisian. Namun permintaan ini ditentang Soekarno, Beliau mengatakan  “Biarlah Soekarno tenggelam sendirian asal bangsa dan negara Indonesia tetap hidup. Saya tidak mau terjadi peperangan saudara yang merobek-robek persatuan yang saya bangun selama ini,”.
Gaya kepemimpinan demokratis Soekarno juga dapat dilihat dari perilaku Beliau yang selalu mendorong tercapainya Indonesia merdeka dengan melibatkan partisipasi seluruh rakyat Indonesia. Beliau juga memiliki kompetensi intelegensi emosional yang tinggi serta mampu mengkomunikasikan kepada rakyatnya dengan penuh semangat dan bergelora. Soekarno berusaha mensinkronisasikan kepentingan Negara dengan kepentingan dan tujuan pribadi para bawahannya. Beliau mau menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Pada masa perjuangan menegakkan kedaulatan bangsa, Soekarno dijadikan sebagai simbol perjuangan bangsa Indonesia karena Beliau mampu tampil sebagai diplomat sekaligus orator yang mampu mengobarkan semangat perjuangan rakyat. Keberanian beliau terlihaat saat menyuarakan anti neokolonialisme dan imperialisme.
Namun selain demokratis, gaya kepemimpinan Soekarno juga terkesan otoriter karena Beliau memaksakan kebijakan pemerintahannya kepada lembaga legislatif saat Ia menjabat sebagai presiden. Beliau memaksakan keputusannya dalam mengatasi krisis dengan mengeluarkan dekrit presiden dan mengangkat dirinya menjadi presiden seumur hidup.
Soekarno juga merupakan pemimpin yang memiliki karisma. Beliau adalah pemimpin yang mempunyai daya tarik yang amat besar dan mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar. Citra kharismatik Soekarno dilihat berkaitan dengan rakyat, pesona pribadi dan gaya retorika. Soekarno didukung penuh oleh rakyatnya karena dianggap memiliki kekuasaan istimewa yang tidak dimiliki manusia biasa. Beliau pula akhi dalam retorika yaitu tahu cara menyampaikan sesuatu secara tepat dengan cara yang tepat pula.
Ibarat tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan Soekarno. Beliau tetaplah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Beliau harus membayar kealfaannya tersebut dengan melepaskan jabatannya sebagai Presiden republic Indonesia. Pada masa akhir jabatannya, Beliau dianggap bertanggung jawab dan dianggap bersalah atas terjadinya tragedy G30S/PKI.





Kepribadian Soekarno
            Soekarno adalah pribadi yang sederhana dan bersahaja. Sifat ini terlihat dari dalam karyanya “Menggali Api Panasila”. Beliau berkata “Aku ini bukan apa-apa kalau tanpa rakyat. Aku besar karena rakyat, aku berjuang karena rakyat dan aku penyambung lidah rakyat,” Maka pantas apabila beliau dijadikan simbol perjuangan rakyat karena ketulusannya untuk rakyatnya.
Beliau juga dikenal sebagai sosok yang konsisten dalam berkata dan bertindak.  Sebagai contoh ketika beliau berkali-kali dipenjara oleh pemerintahan kolonial, beliau tetap tegar dalam menentang penjajahan sampai  memperoleh kemerdekaannya. Selain itu, Soekarno juga seorang inspirator yang idealis, hal ini ditunjukkan saat Ia merumuskan Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia. Sebagai pemimpin yang idealis, Soekarno tidak mudah terpengaruh dengan bangsa-bangsa lain yang ingin mendikte Negara Indonesia. Beliau tetap berada untuk berada di atas prinsipnya sendiri dan menghindari campur tangan asing.


IV.2 Kekuatan dan Kelemahan yang Dimiliki dari Gaya kepemimpinan  Soekarno
IV.2.1.  Kekuatan yang Dimiliki Dari Gaya Kepemimpinan Soekarno      
              Soekarno memiliki gaya kepemeimpinan yang kharismatik, demokratis, dan sedikit otoriter. Kekuatan yang dimiliki dari campuran gaya kepemimpinan Soekarno adalah Beliau tampil sebagai pemimpin yang sangat tegas dan tidak bisa didikte oleh siapa pun, termasuk Amerika Serikat sebagai negara super power. Soekarno juga mempunyai sikap idealisme tinggi terhadap Negara Indonesia. Dia ingin menjadikan negeri ini menjadi negeri mandiri tanpa didikte oleh siapapun
              Kharisma Soekarno merupakan kekuatan yang sangat dominan yang melekat dalam dirinya.Soekarno mampu memanfaatkan hal cultural Jawa dengan mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh Bima yaitu sosok dalam Mahabharata yang tidak mentoleransi musuh tetapi sangat kompromis terhadap kawan (Pemimpin Kharismatis: Dr Ayub Ranoh, 2000).  Pencitraan diri ini yang menjadi karakter serta kekuatan Soekarno sebagai tokoh yang anti kolonialisme tetapi pemersatu bangsanya. Selain itu, kekuatan lain yang tidak kalah menariknya adalah kemampuan retorika Soekarno. Beliau mampu menarik simpati rakyat bahkan banyak yang tergila-gila dengan pidato yang disampaikannya.
          Kekuatan lain yang dimiliki Soekarno dari gaya kepemimpinannya adalah keberanian dalam melakukan sesuatu, hal ini terlihat saat Ia ia menyerukan ajakan "Ganyang Malaysia". Bahkan Beliau pernah berkata, "Jika seorang meninggalkan warisan yang benar-benar abadi, hal itu pastilah hasil dari keberanian". Keberaniannya itu berdasarkan rasa percaya diri yang kuat, penuh daya tarik, penuh inisiatif dan inovatif serta kaya akan ide dan gagasan baru. Sehingga pada puncak kepemimpinannya, Beliau pernah menjadi panutan dan sumber inspirasi pergerakan kemerdekaan dari bangsa-bangsa Asia dan Afrika. Selain tokoh revolusioner yang disegani, Beliau juga dikenal sebagai sosok yang romantis dan menjadi inspirator dan nasionalisme yang tinggi.  


IV.2.2 Kelemahan yang Dimiliki Dari Gaya Kepemimpinan Soekarno    
Gaya kepemimpinan Soekarno yang sedikit otoriter menjadi salah satu kelemahannya. Diantaranya adalah, Beliau telah melanggar dasar negara RI, yaitu sila pertama pancasila yakni Ketuhanan Yang Maha Esa dengan membentuk Nasakom (Nasional Agama Komunisme). Bahkan, Soekarno menerapkan system demokrasi terpimpin yang semua anggota DPRGR dan MPRS diangkat guna mendukung program pemerintahannya yang focus pada faham ideology NASAKOM—Nasional, Agama dan Komunis.
Pemerintahan yang sering berganti karena tekanan politik dan keamanan membuat Soekarno tergelincir ke sistem semi parlementer. Dan ironisnya, meskipun memakai sistem parlementer, Soekarno membiarkan pemerintahan berjalan tanpa parlemen yang dihasilkan oleh pemilihan umum. Semua anggota DPR (DPRGR) dan MPR (MPRS) diangkat oleh presiden dari  partai-partai politik yang dibentuk berdasarkan Maklumat Wakil Presiden, tahun 1945.
Soekarno juga berani memaksakan keputusannya dalam mengatasi krisis dengan mengeluarkan dekrit presiden dan mengangkat dirinya menjadi presiden seumur hidup. Hal ini bertentangan dengan konsep sistem pemerintahan Indonesia yang bersifat demokratis.






















BAB V
IDENTIFIKASI KESAMAAN DAN PERBEDAAN TOKOH DENGAN PESERTA
                                                                          

V. 1.    Kesamanan Tokoh Soekarno dengan Peserta

            Kesamaan karakter antara Soekarno dengan saya diantaranya adalah keberanian dalam bertindak untuk menentukan dan memutuskan sesuatu. Karakter yang menonjol dari pribadi saya adalah seorang pemimpin yang tidak suka didikte oleh orang lain, terutama jika pedapat saya benar. Saya juga selalu melakukan perbaikan dan mengembangkan diri terus menerus baik segi akademik maupun keterampilan lain.
            Dalam berelasi dengan bawahan, saya mau menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari mereka serta menjadi inspirator bagi mereka. Terutama kala mereka mengalami kesulitan dalam pekerjaan agar mereka terus berusaha mengembangkan kapasitas diri mereka sendiri. Ini selaras dengan yang dilakukan oleh Soekarno dalam melakukan kepemimpinannya.
            Sebagaimana Soekarno dalam bersikap, saya juga berusaha untuk konsisten dalam berkata dan bertindak agar menjadi model bagi rekan dan bawahan saya. Saya juga memiliki kemampuan dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ada dengan melontarkan ide atau gagasan baru. Kecenderungan saya adalah tidak suka dipimpin oleh orang yang tidak memiliki kapabilitas sebagai pemimpin.
            Seperti Soekarno, saya menyenangi tantangan dan menganggap hal tersebut sebagai peluang untuk ditaklukkan. Saya memiliki rasa percaya diri yang tinggi serta tidak menyukai rutinitas. Saya mempunyai tujuan hidup dan bergerak untuk mencapainya. Saya membenci membuang-buang waktu dan tidak berhenti bekerja bila pekerjaan tersebut belum selesai.



V. 2.    Perbedaan Tokoh Soekarno dengan Peserta

Perbedaan antara Soekarno dengan saya adalah pada charisma yang dimiliki oleh Soekarno yaitu penuh daya tarik, sumber inspirasi dan menjadi panutan bagi masyarakat Indonesia dan Negara-negara lainnya. Soekarno menjadi manusia setengah dewa bagi rakyatnya karena Dia dipercaya memiliki daya tarik istimewa yang jarang dimiliki manusia umumnya. Semua perkataannya menjadi inspirasi dan panutan bagi rakyatnya.
Selain itu, sikap yang berbeda antara Soekarno dengan saya adalah nasionalisme Soekarno yang sangat tinggi dan sosok revolusioner yang disegani. Soekarno sangat mencintai Negara dan bangsanya melampaui kecintaan pada diri dan keluarganya. Beliau rela dipenjara bertahun-tahun oleh colonial demi menapai kemerdekaan bangsa yang dicintainya.
Perbedaan lainnya adalah kemampuan retorika yang dimiliki oleh Soekarno tidak dimiliki oleh saya. Soekarno mampu membakar semangat orang-orang yang mendengar pidatonya. Beliau adalah orator ulung dan sangat dicintai oleh rakyatnya. Sedangkan saya tidak memiliki kemampuan retorika seperti yang dimiliki Soekarno.





















BAB VI
KESIMPULAN DAN LESSON LEARNT


            Kesimpulan yang dapat dirumuskan adalah gaya kepemimpinan Soekarno secara umum adalah demokratis dan otoriter. Selain itu, Soekarno adalah pemimpin yang memiliki charisma (kepemimpinan kharismatik).  Dalam masa perjuangannya merebut kemerdekaan Indonesia sampai pada pemerintahannya, Soekarno sebagai pusat kekuasaan politik di Indonesia.  Perilaku kepemimpinan Soekarno berorientasi pada hubungan digambarkan sebagai gaya kepemimpinan yang otoriter saat Ia memproklamirkan diri sebagai presiden seumur hidup dan menerapkan NASAKOM.
Gaya kepemimpinan Soekarno juga berorientasi pada tugas yang diartikan dalam perhatiannya membangun kepercayaan dan relasi dengan rakyat melalui pidatonya yang menggelora. Beliau juga tidak membedakan suku, agama, ras, dan golongan dalam menjalin relasi serta tidak membedakan pembangunan daerah perdesaan dan perkotaan meskipun hanya berorientasi pada pembangunan sektor ekonomi saja.
Selama beberapa  periode Beliau menjabat sebagai Presiden, pertama Republik Indonesia banyak keberhasilan dan kegagalan yang dihasilkan dari gaya kepemimpinan beliau. Keberhasilan yang didasari oleh kekuatannya adalah Negara Indonesia berhasil mencapai kemerdekaannya, memiliki dasar Negara yaitu Pancasila serta dapat menyatukan kekuatan Negara-negara dikawasan Asia Afrika.
Sedangkan kegagalan yang didasari oleh kekurangannya adalah Soekarno  memaksakan keputusannya dalam mengatasi krisis dengan mengeluarkan dekrit presiden dan mengangkat dirinya menjadi presiden seumur hidup. Hal ini bertentangan dengan konsep sistem pemerintahan Indonesia yang bersifat demokratis. Serta berusaha memaksakan ajaran NASAKOM (Nasional, agama, komunis) dalam pemerintahannya. Semua hal tersebut bertentangan dengan jiwa dan semangat bangsa Indonesia yang berlandaskan Pancasila.
Berangkat dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Soekarno, Bangsa Indonesia saat merindukan sosok pemimpin sekaliber Soekarno. Pemimpin dalam arti yang sesungguhnya yang memiliki charisma dan karakter yang kuat. Pemimpin yang berani dalam bertindak demi kesejahtreraan rakyatnya. Pemimpin yang berani menentang kolonialisme Negara-negara Barat yang ingin menancapkan kukunya di Indonesia dalam segala sector kehidupan.
Indonesia saat ini membutuhkan sosok pemimpin seperti Soekarno yang berorientasi kepada kepentingan dan kejayaan bangsa bukan hanya untuk kepentingan pribadi /kelompok atau untuk melanggengkan kekuasaan kelompok dengan melegalkan budaya kekerasan, korupsi, kolusi dan nepotisme. Seorang pemimpin yang tidak hanya mencari popularitas dengan menjual keramahan dan ketidaktegasan dalam membuat keputusan. Melainkan berani untuk bertindak dan mampu menentukan arah Negara Indonesia dengan jelas.
















DAFTAR PUSTAKA

J. DuBrin, Andrew, Principles of Leadership, South Western cengage Learning, Canada, 2010
Ranoh, Ayub, Kepemimpinan Kharismatis, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2000
Tunggul Alam, Wawan, Bung Karno Demokrasi Terpimpin Milik Rakyat Indonesia, PT Gramedia, Jakarta, 2001
Entman, R.M. & A. Rojecki, The Black Image in the White Mind: Media and Race in America, Chicago: University of Chicago Press, 2000.
Hendel, Tova, Miri Fish & Vered Galon, “Leadership style and choice of strategy in conflict management among Israeli nurse managers in general hospitals”,

Website
Roeder, O.G., Anak Desa Biografi Presiden Soeharto, Jakarta: Gunung Agung, Cet.5, 1984.
www. Wikipedia.org.
kafeilmu.com/tema/gaya-kepemimpinan-soekarno.html
politik.kompasiana.com/2011/01/29/soekarno-soeharto-soesilo
books.google.com › HistoryAsiaSoutheast Asia
openlibrary.org/.../Gaya_kepemimpinan_Sukarno
langitkuindah.wordpress.com/.../gaya-kepemimpinan-ketiga-calon-pr.

Tidak ada komentar: